Aku dan Kamu Berdiri menatap matahari yang merekah Mendulang aroma pagi yang hinggap di duniaku Indah terlihat, sejuk terasa Mengumbar bahagia dalam kebersyukuran Namun, senja itu datang, Matahariku kian tenggelam Dalam rona hitam penuh kegelapan Hanya menyisakan sisa sisa cahaya yang pudar Ya, engkau ibarat matahariku Yang dulu indah laksana mentari pagi Dan kini menghilang ditelan awan hitam Aku dan kamu, dalam perpisahan Menetes air mata, linangan derita Merekah lah bunga kesedihan Yang menebar aroma kebusukan Tanda hancurnya kebahagiaan Namun, aku sadar Kau akan terus bersinar Kau akan terus berjalan Dan aku sadar, Tak seharusnya q meratapi takdir Aku akan menjadi rembulan Yang indah diantara kegelapan Q Kan menjadi bintang Yang berkilau diantara pekat awan hitam
Puisi Untuk Ibu Yang Telah Wafat Penyesalan Hanya ada duka dari balik kepergianmu Setelah lama berdiam dalam kesesatan Kini sadarku telah sadar setelah kehilangan Engkau berakhir dalam awal kelahiran nuraniku Penyesalan tak pernah ada guna Tak mungkin mengembalikan nyawa yang terlanjur melayang Di setiap tetes air mata yang mengaliri pipi Hanya sesal yang kurasa menemani Tidakkah aku malu menjadi anakmu Ketika aku sakit dan kau selalu merawatku Ketika engkau sakit, aku hanya sibuk dengan duniaku Menunda harapanmu hingga asa sirna karena maut Dimana nuraniku saat terakhir kau meminta bertemu Namun ego ku mengalahkan kasihku padamu Kini hanya tinggal penyesalan yang dapat kuhaturkan Untuk mu Ibu, Maafkan Aku. Kenangan Tak Terbatas Aku masih ingat saat engkau berbaring lesu Mengernyitkan dahi seraya menahan sakitmu Namun senyum itu mencercah cahaya Dari balik ketabahan seorang ibu Bersimpuh hatiku dari haribaan jemari dindu Dalam nyanyian Tuhan yang mengalir lewat suaramu Dan sentuhanNy...