Cendekiawan
Islam pada Zaman Bani Al-Bassiyah,antara lain:
1.Al-Fazary
Khalifah
mengumpulkan dan mendorong cendekiawan muslim untuk menerjemahkan beragam
literatur yang berasal dari Yunani, Romawi Kuno, India, hingga Persia. Sang
khalifah menunjuk seorang ahli astronomi yang bernama Naubahkh untuk memimpin
upaya itu. Khalifah meulis surat pada kaisar Bizantium agar mengirimkan
buku-buku ilmiah untuk diterjemahkan, termasuk buku-buku tentang ilmu
astronomi. Secara khusus, sang khalifah meminta al Fazari untuk menerjemahkan
sebuah buku tentang astronomi dari India yang berjudul Sindhind, tylisan
Brahmaghupta. Buku tersebut dibawa oleh seorang pengembara dan ahli astronomi
India bernama Mauka ke Baghdad dan segera menarik perhatian kaum cendekia di sana.
Al Fazari menunaikan tugas dengan baik.
Al
Fazari, ungkap Ehsan Masood dalam bukunya "Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di
Bidang Sains Modern", saat itu telah menguasai astronomi sehingga di bawah
arahan khalifah langsung beliau mampu menerjemahkan dan menyadur teks astronomi
India kuno yang sangat teknis tersebut. Kemudia beliau memberi judul Zij al
Sinin al Arab (Tabel Astronomi Berdasarkan Penanggalan Bangsa Arab) pada karya
terjemahannya tersebut.
Ilmuwan
terkemuka bernama Yaqub ibnu Tariq juga turut membantu dalam proyek pengalihan
bahasa tersebut. Menurut Ehsan Masood, penerjemahan Sindhind sangat berharga.
Bukan hanya karena wawasan astronominya tapi juga sistem penomoran India yang
ada di dalamnya. Hasil kerja Al Farazi melalui penerjemahan mengenalkan sistem
penomoran tersebut ke dunia
Arab.
2.Al-Farghani
Al-Farghani
adalah seorang ahli astronomi muslim yang sangat berpengaruh. Nama lengkapnya
adalah Abu al-Abbas bin Muhammad bin Kalir al-Farghani. Di Barat, para ahli
astronomi abad pertengahan mengenalnya dengan sebutan al-Farghanus.
Al-Farghani
berasal dari Farghana, Transoxania. Farghana adalah sebuah kota di tepi sungai
Sardaria, Uzbekistan. Ia hidup di masa pemerintahan khalifah al-Ma'mun
(813-833) hingga masa kematian al-Mutawakkil (847-881). Al-Farghani sangat
beruntung hidup di dua masa tersebut karena pemerintah kekhalifahan memberi
dukungan penuh bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Buktinya, sang
khalifah membangun sebuah lembaga kajian yang disebut Akademi al-Ma'mun, dan
mengajak al-Farghani untuk bergabung. Bersama para ahli astronomi lain, ia
diberi kesempatan menggunakan peralatan kerja yang sangat canggih pada masa
itu. Ia memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengetahui ukuran bumi,
meneropong bintang, dan menerbitkan laporan ilmiah. Pada tahun 829, al-Farghani
melakukan penelitian di sebuah observatorium yang didirikan oleh khalifah
al-Ma'mun di Baghdad. Ia ingin mengetahui diameter bumi, jarak, dan diameter
planet lainnya. Pada akhirnya, ia berhasil menyelesaikan penelitian tersebut
dengan baik.
Al-Farghani
juga termasuk orang yang turut memperindah Darul Hikmah al-Ma'mun dan mengambil
bagian dalam proyek pengukuran derajat garis lintang bumi. Al-Farghani juga
berhasil menjabarkan jarak dan diameter beberapa planet. Pada masa itu, hal
tersebut merupakan pencapaian yang sangat luar biasa.
Hasil
penelitian al-Farghani di bidang astronomi ditulisnya dalam berbagai
buku. Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum (Asas-Asas Ilmu
Bintang)adalah salah satu karya utamanya yang berisi kajian
bintang-bintang. Sebelum masa Regiomontanus, Harakat as-Samawiyya wa
Jawami Ilm an-Nujum adalah salah satu buku yang sangat berpengaruh
bagi perkembangan astronomi di Eropa.
Di dalam
buku tersebut, al-Farghani memang mengadopsi sejumlah teori Ptolemaeus, tapi ia
mengembangkanya lebih lanjut hingga membentuk teorinya sendiri. Tak
heran, Harakat a-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum mendapatkan
respon yang positif dari para ilmuwan muslim dan non muslim. Buku ini pun
diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm
an-Nujum yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris mengalami perubahan
judul menjadi The Elements of Astronomy. Pada abad XII, buku ini
diterjemahkan pula dalam dua versi bahasa Latin. Salah satunya diterjemahkan
oleh John Seville pada tahun 1135, sebelum kemudian direvisi oleh Regiomontanus
pada tahun 1460-an. Sebelum tahun 1175, karya ini juga sempat diterjemahkan
oleh Gerard Ceremona.
3.jabir
batany
Al-Battani
lahir pada tahun 858 di Battan, Harran. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah
Muhammad Ibn Jabir Ibnu Sinan al-Battani. Namun, para penulis abad pertengahan
lebih sering menyebutnya dengan nama Albetegni atau al-Batenus.
Ketertarikan
al-Battani pada benda-benda langit membuatnya menekuni bidang astronomi. Ia
mendapat pendidikan tersebut dari sang ayah, Jabir Ibn San’an al-Battani, yang
juga seorang ilmuwan. Dengan kecerdasannya, al-Battani mampu menguasai semua
pelajaran yang diberikan ayahnya dan menggunakan sejumlah peralatan astronomi
dalam waktu yang cukup singkat. Beberapa waktu kemudian, ia meninggalkan Harran
menuju kota Raqqa yang terletak di tepi sungai Eufrat. Di kota ini, ia
melanjutkan pendidikan dan mulai melakukan bermacam penelitian, yang kemudian
menghasilkan sejumlah penemuan penting yang berguna bagi masyarakat dan
pemerintah. Pada tanggal 14 September 786, khalifah Harun al-Rasyid, khalifah
kelima Dinasti Abbasiyah, membangun sejumlah istana di kota tersebut sebagai
bentuk penghargaannya atas penemuan al-Battani. Usai pembangunan tersebut, kota
Raqqa berubah menjadi pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan perdagangan yang
ramai.
Sebagai
seorang ahli astronomi, al-Battani menghasilkan sejumlah penemuan astronomi
yang penting bagi dunia. Ia adalah ilmuwan pertama yang mengetahui berapa lama
waktu yang diperlukan bumi mengelilingi matahari, yaitu 365 hari, 5 jam, 46
menit, dan 24 detik. Angka yang ditunjukkan dalam perhitungannya itu mendekati
angka yang dihasilkan para ilmuwan modern saat melakukan penelitian yang sama
dengan menggunakan alat yang lebih akurat. Ketika alat astronomi canggih belum
ditemukan, al-Battani dikenal telah melakukan penelitian terhadap bermacam
benda langit.
Selama
42 tahun, al-Battani terus melakukan penelitian semacam itu dan menghasilkan
sejumlah penelitian yang mengagumkan. Ia menemukan garis bujur terjauh matahari
mengalami pengingkatan 16,470 sejak perhitungan yang dilakukan
Ptolomeus beberapa abad sebelumnya. Hal ini kemudian menghasilkan satu penemuan
penting tentang gerak lengkung matahari. Al-Battani juga bisa menentukan
kemiringan ekliptik, panjang musim, dan orbit matahari secara akurat. Ia bahkan
berhasil menemukan orbit bulan dan planet, dan menetapkan Teori Kemunculan
Bulan Baru. Pada tahun 1749, penemuan al-Battani mengenai garis lengkung bulan
dan matahari digunakan Dunthorne untuk menentukan gerak akselerasi bulan.
4.Abu Ja’far Muhammad
Nama
lengkapnya adalah Abu Ja'far Muhammad bin Jari At-Tabari, beliau lebih dikenal
dengan nama at-Tabari atau Ibnu Jarir at-Tabari, beliau seorang sejarahwan dan
ahli tafsir terkemuka kelahiran kota Amul, Tabaristan (di Iran) pada tahun 225
Hijriyah atau 839 sesudah Masehi. Kota Amul tersebut merupakan tempat
berkembangnya kebudayaan Islam, namun ia lebih banyak menghabiskan waktunya di
kota Baghdad.
Di
kota Baghdad, ia pernah ditunjuk menjadi hakim, tetapi ia menolaknya. Lalu,
pemerintah juga pernah memintanya menjadi hakim yang menangani perkara-perkara
kezaliman para pejabat. Namun, ia pun tetap menolaknya.
Pada saat berusia kurang lebih 85 tahun, beliau wafat di kota Baghdad, tepatnya pada tahun 310 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 923 sesudah Masehi.
Pada saat berusia kurang lebih 85 tahun, beliau wafat di kota Baghdad, tepatnya pada tahun 310 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 923 sesudah Masehi.
Sebagian
besar hidupnya di isi dengan mengajar dan menulis. Salah seorang muridnya,
yakni Ibnu Kumail, menjelaskan bagaimana gurunya membagi waktu setiap ahri.
Pagi sampai siang hari digunakannya untuk menulis. Di dalam satu hari beliau
sanggup menulis 40 halaman karya ilmiah. Adapun pada sore hari, ia memberi
pelajaran al-Qur'an dan tafsir di mesjid. Lalu, selepas maghrib ia memberikan
pelajaran ilmu fikih.
Untuk
melanjutkan sekolahnya ke pusat-pusat studi Islam, at-Tabari pertama kali
berangkat ke kota Rayy, Iran. Setelah itu ia pindah ke kota Baghdad untuk
menemui Imam Ahmad bin Hanbal. Namun sebelum ia sampai ke kota tersebut, Imam
Hanbali meninggal dunia (241 H/855 M). Lalu, ia pergi ke kota Wasit dan Basrah
untuk mengikuti beberapa kuliah. Setelah itu beliau melanjutkan perjalanan ke
kota kota Kufah untuk mendalami hadis dan ilmu-ilmu yang terkait dengannya.
Kemudian
beliau kembali ke kota Baghdad untuk belajar ilmu-ilmu al-Qur'an dan fikih,
khususnya fikih Syafi'i. Pada tahun 253 H/867 M, beliau pergi ke kota Fustat,
Mesir, dan singgah di Suriah untuk belajar ilmu hadis. Setelah itu, ia kembali
lagi ke kota Baghdad dan berhasil menulis berbagai karya monumental yang tetap
banyak digunakan sampai saat ini.
Kitab
tafsirnya yang paling terkenal adalah kitab Jami' al-Bayan Fi tafsir
al-Qur'anatau lebih di kenal dengan nama kitab Tafsir at-Tabari. Kitab itu
berorientasi pada permasalahan tafsir hukum (fiqih), karena ia juga terkenal
sebagai seorang fuqaha lewat karyanya Iktilaf al-Fuqaha' (perbedaan
pendapat para ulama).
5.Ibnu Sina
Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin
Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau
Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat
Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga
bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang
disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat
menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak
terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.
Dengan
demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas
keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih
berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi
terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366
hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan
mengobatinya.
“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.
Kesibukannya
di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya
sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik
politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan,
tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke
berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk,
penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya
ilmiah dan risalah.
6.Ibnu Miskawaih
Nama
Lengkapnya adalah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Yaqub Ibn Miskawaih, adalah seorang
filosof muslim yang di anggap mampu memadukan dua tradisi pemikiran Yunani dan
Islam, di samping juga ahli dalam filsafat Romawi, India, Arab, dan Persia,
yang memusatkan perhatiannya pada filsafat etika Islam, meskipun sebenarnya
Ibnu Miskawaih adalah seorang dokter, sejarawan dan ahli bahasa.[T.J.De Boer,
Tarikh al –Falsafah fi al-islam. Terjemah Muhd. Abd al-Hadi Abu Ridah.Kairo
Maktabah al-Nahdlah al-Mishriyyah. Tt. hlm 73] Ia lahir pada tahun 320
H/932 M di Rayy (Teheran Iran) dan meninggal di Istafhan pada tanggal 9 Shafar
tahun 412 H/16 Februari 1030 M, Ibnu Miskawaih hidup pada masa pemerintahan
dinasti Buwaihiyyah (320-450 H/932-1062 M) yang besar pemukanya bermazhab
Syi‟ah. Latar belakang pendidikannya tidak diketahui secara rinci, cuma
sebagian antara lain terkenal mempelajari sejarah dari Abu Bakar Ahmad Ibn
Kamil al-Qadhi, mempelajari filsafat dari Ibn al-Akhmar dan mempelajari kimia
dari Abi Thayyib.
Dalam
bidang pekerjaan tercatat bahwa pekerjaan utama Ibn Miskawaih adalah bendaharawan,
sekretaris, pustakawan, dan pendidik anak para pemuka dinasti Buwaihiyyah.
Keahlian Ibnu Miskawaih dibuktikan dengan karya tulisnya berupa buku dan
artikel. Pokok-pokok pemikiran filsafat etika Ibn Miskawaih secara terperinci
dipaparkan dalam karya monumentalnya Tahdzib al-al-Akhlaq wa Tathhir al-A`raq.
Karya ini terdiri dari tujuh bab yang secara sistematis dimulai dengan
pembahasan tentang jiwa; pada bab dua, tentang fitrah manusia dan asal usulnya
bab tiga, yang merupakan bagian utama akhlak, membicarakan keutamaan, terutama
membicarakan tentang kebaikan dan kebahagiaan; bab keempat, tatkala
membicarakan keadilan dia mengikuti ethics Aristoteles, bab kelima membahas
persahabatan dan cinta kembali mengikuti Aristoteles. Pada bab keenam dan
ketujuh membahas pengobatan ruhani dan dia mengikuti Muhammad Ibnu Zakaria
al-Razi dalam kitab “ al-Tibb al-Ruhani” dan Ibnu Miskawaih menggunakan istilah
yang hampir sama, Tibb al-Nufus. Dalam kitab ini membahas hal yang berkaitan
dengan berbangga diri, susah dan takut mati serta penyembuhan penyakit jiwa
yang oleh al-Kindi di tulis sebuah penjelasan tentang menolak
kesedihan. [F M.M. Syarif (ed) A. History of Muslim Philoshopy, Waesbaden:
Otto Harrosowitz, 1963, Vol. I hlm 90-96]. Jumlah buku dan artikel yang berhasil ditulis oleh Ibnu
Miskawaih ada 41 buah. Semua karyanya tidak luput dari kepentingan pendidikan
akhlak (Tahzib al-Akhlak), diantara karyanya adalah: al-Fauz al-Akbar, Al-Fauz
al-Asghar (tentang metefisika: ketuhanan, jiwa dan kenabian)dan masih banyak
yang lainnya.
7.Ibnu
Al-Haitham
Di
kalangan cerdik pandai Barat, beliau dikenal dengan nama Alhazen.
Ibnu Haitham dilahirkan di Basrah pada tahun 354H/965 Masehi. Beliau memulai pendidikan di Basrah sebelum dilantik
menjadi pegawai pemerintah di tanah kelahirannya. Setelah beberapa lama
berkhidmat dengan pihak pemerintah, beliau kemudian merantau keAhwaz dan Baghdad. Di perantauan, beliau melanjutkan pendidikannya dan
menumpukan perhatian pada aktivitas penulisan.
Kecintaan
beliau pada ilmu telah membawanya berhijrah menuju Mesir. Di sana beliau melakukan beberapa pekerjaan penelitian
tentang aliran dan saluran SungaiNil serta menyalin buku-buku tentang matematika dan falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang tambahan dalam
menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar.
Hasil dari
usahanya, beliau menjadi seorang yang sangat mahir di bidang sains, falak,
matematik, geometri, pengobatan, dan falsafah.
Tulisannya mengenai mata, menjadi salah satu rujukan penting dalam bidang
ilmu sains di Barat. Malahan kajiannya mengenai pengobatan mata telah menjadi
asas pada ilmu pengobatan modern tentang mata.
Ibnu
Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penelitian. Penyelidikannya
mengenai cahaya telah memberi ilham kepada ahli sains Barat seperti Boger,
Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop dan teleskop. Beliau merupakan
orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya.
Beberapa
buah buku tentang cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris, antara lain Light dan On Twilight Phenomena.
Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan
dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.
Menurut
Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19o di
ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila matahari berada di
garis 19oufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah berhasil
menerangkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya. ibnu Haitham juga turut melakukan
percobaan terhadap kaca yang dibakar, dari situ ditemukanlah teori lensa
pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan di Itali untuk
menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia.
8.Ali bin
Abbas
Di Eropa, Ali bin Abbas lebih
dikenal dengan nama Haly Abbas. Ia adalah seorang dokter yang brilian pada
masanya.
Jika Qanun dianggap
sebagai "Kitab Suci Kedokteran" sekaligus karya terbaik Ibnu Sina
karena berisi pembahasan tentang seni bedah dan penyembuhan luka maka Kamil
al-Sina'a adalah sebuah buku legendaris karya Ali Abbas Majusi yang
mengulas tentang ilmu bedah hingga ke intinya. Buku ini sangat spektakuler
karena terdiri dari 110 bab. Dalam Kamil al-Sina'avolume 10, Ali
Abbas melengkapinya dengan menambahkan sebuah teori khusus mengenai terapi
pembedahan, padahal ilmu tersebut masih kurang diminati di dunia ilmu
pengetahuan Islam masa itu. Ilmu jenis ini muncul pertama kali dalam bentuk
terjemahan literatur berbahasa Arab pada abad IX, sebelum kemudian memasuki
Eropa pada abad pertengahan. Kerja keras, kecerdasan, dan
prestasi Ali Abbas akhirnya didengar oleh Amir Adud Daulah, seorang khalifah
keturunan Buwaihi yang memerintah di Baghdad. Sang khalifah segera meminta Ali
Abbas menulis sesuatu yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai
jawaban, Ali Abbas pun membuat sebuah karya penting di bidang kedokteran, yang
kemudian dipersembahkannya untuk sang khalifah. Karya tersebut berjudulKamil
al-Sina'a atau Kamil al-Maliki.
Di
kemudian hari, para penerjemah bahasa Latin abad pertengahan menerjemahkan
karya tersebut menjadiLiber Regius atau Liber Regalis.
Buku bersejarah ini kembali menjadi sorotan dalam sejarah kedokteran sebab
isinya dianggap hampir mirip dengan Liber Pantegni. Buku itu pun
menjadi buah bibir di kalangan para ilmuwan. Namu, pada akhirnya Liber
Regalis dianggap sebagai buku ajar utama yang paling lengkap di bidang
kedokteran.
Pada
tahun 1492, karya Ali Abbas tersebut dicetak ulang di Venice, lalu di Lyons
pada tahun 1523. Adapun bab khusus mengenai pembedahan sebenarnya telah
diterjemahkan oleh Constantin, seorang ilmuwan Afrika, pada abad XI, dan sudah
diajarkan di berbagai perguruan tinggi di Salermo. Sementara itu, Kamil
al-Sina'a versi Arab dicetak ulang di Kairo pada tahun 1297.
Diperkirakan,
Ali al-Abbas wafat antara tahun 982 - 995.
9.Al-Razi
Abu
Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat
merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930.
Beliau lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313
H/925. Di awal kehidupannya, al-Razi begitu tertarik dalam bidang seni musik.
Namun al-Razi juga tertarik dengan banyak ilmu pengetahuan lainnya sehingga
kebanyakan masa hidupnya dihabiskan untuk mengkaji ilmu-ilmu seperti kimia,
filsafat, logika, matematika dan fisika.
beliau
adalah orang yang pertama mampu menghasilkan asam sulfat serta beberapa asam
lainnya serta penggunaan alkohol untuk fermentasi zat yang manis.
* Kitab al Asrar, yang membahas tentang teknik penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya.
* Liber Experimentorum, Ar-Razi membahas pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan dan mineral, yang menjadi cikal bakal kimia organik dan kimia non-organik.
* Sirr al-Asrar:
o lmu dan pencarian obat-obatan daripada sumber tumbuhan, hewan, dan galian, serta simbolnya dan jenis terbaik bagi setiap satu untuk digunakan dalam rawatan.
o Ilmu dan peralatan yang penting bagi kimia serta apotek.
o Ilmu dan tujuh tata cara serta teknik kimia yang melibatkan pemrosesan raksa, belerang (sulfur), arsenik, serta logam-logam lain seperti emas, perak, tembaga, timbal, dan besi.
Menurut
H.G Wells (sarjana Barat terkenal), para ilmuwan muslim merupakan golongan
pertama yang mengasas ilmu kimia. Jadi tidak heran jika sekiranya mereka telah
mengembangkan ilmu kimia selama sembilan abad bermula dari abad kedelapan maseh
Beberapa ilmuwan barat berpendapat bahwa beliau juga merupakan penggagas ilmu
kimia modern. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya tulis maupun hasil penemuan
eksperimennya.
10.Abu Ali
Al-Hasan Al-Mawardi
1 Para
ahli sejarah dan tabaqat mengelarkannya dengan gelaran al-Mawardi, Qadi
al-Qudat, al-Basri dan al-Syafie.
2
Al-Mawardi dinisbahkan kepada air mawar. (ma’ul wardi) kerana bapa dan datuknya
adalah penjual air mawar.
3 Qadi
Qudat disebabkan beliau seorang ketua kadi alim dalam bidang feqah. Gelaran ini
diterima pada tahun 429 hijrah.
4 Gelaran
al-Basri ialah kerana beliau lahir di Basrah. Sementara nama penggantinya (nama
kinayah) ialah Abu Hassan.
Imam al-Mawardi dilahirkan di Basrah pada tahun 364 hijrah bersamaan pada tahun
974 masehi. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang sememangnya cinta kepada ilmu
pengetahuan. Keluarga beliau sentiasa mengambil berat mengenai pendidikan dan
pengajiannya. Sejak kecil lagi beliau diajar al-Quran, al-Hadis, Feqah, Usul
dan lain-lain dari ilmu Syariat. Di peringkat awalnya, ia mendapat bimbingan
daripada Abu Qasim al-Syaimiri, seorang ulama Basrah yang terkenal ketika itu dalam
bidang feqah.1 Beliau mendengar ilmu hadis daripada beberapa ulama terkenal
seperti Hasan bin Ali al-Jayli, Muhamad bin Ma’ali al-Azdi, Muhamad bin ‘Adi
al-Munqari.2 Al-Mawardi mengambil ilmu kesusasteraan bahasa Arab dari Syeikh
Abu Muhamad al-Baqi di samping berguru dengan Syeikh Abu Hamid
Isfarayni.Sejarah telah menunjukkan bahawa al-Mawardi pernah dilantik memegang
jawatan kadi di beberapa buah negeri seperti di Kurat, di negeri Naisaburi
sehingga beliau digelar Qadi al-Qudha. Namun demikian sesetengah ulamak seperti
Abu Taib al-Tabari dan Syaimiri tidak bersetuju dengan gelaran ini. Walau
bagaimanapun gelaran ini terus dikekalkan oleh sebahagian ulama yang lain pada
masa itu. Buktinya gelaran itu masih lagi dikaitkan dengan namanya sehinggalah
beliau wafat dan gelaran itu masih kekal sehingga ke hari ini.
Al-Mawardi mempunyai peranan yang penting dalam pemerintahan kerajaan pada masa
itu. Beliau sentiasa berkecimpung dalam politik pemerintahan dengan menjadi
utusan raja untuk mengambil bai’ah dari rakyat. Ini berlaku ketika kematian
al-Qadirul-Allah pada tahun 422 hijrah.
11. Jabir
Ibnu Hayyan
Jabir Ibnu Hayyan adalah salah satu
ilmuwan yang dianggap paling pantas menyandang gelar ahli kimia Arab pada masa
awal perkembangannya.
Abu
Abdullah Jabir bin Hayyan al-Kufi as-Sufi adalah nama lengkap Jabir Ibnu
Hayyan. Ia lahir pada tahun 721 dan dibesarkan dalam keluarga dokter. Ada
pendapat yang menyatakan bahwa Jabir adalah keturunan Yunani yang memeluk agama
Islam.
Nama
Ibnu Hayyan dikenal sebagai ahli kimia setelah ia mempresentasikan sejumlah
metode riset kimia hasil penemuannya. Ia pun dianggap sebagai perintis
empirisme dan metodologi ilmiah. Ia mampu mengemukakan pandangan-pandangannya
tentang teori pembentukan geologis, hasil campuran bermacam logam. Ia juga
telah mempelajari dan mendalami proses pembuatan karbonat dan senyawa-senyawa
sulfida dan arsen. Selain itu, Ibnu Hayyan juga sering melakukan usaha
pemurnian logam, cat warna kain, kulit, dan sebagainya.
Selain
menulis esai, Ibnu Hayyan juga menulis literatur. Jumlah literatur karyanya
sangat banyak dan mewakili hampir semua bidang ilmu pengetahuan yang ada pada
masa itu hingga akhir abad VII. Dari sejumlah fakta yang ada, diketahui bahwa
kumpulan tulisan tersebut dibuat pada akhir abad IX dan awal abad X.
Atas
jasa dan karyanya di bidang kimia, Jabir Ibnu Hayyan mendapat gelar Bapak Kimia
Islam Pertama. Ia tidak hanya terkenal di negeri kelahirannya, tapi juga di
wilayah lain, seperti Eropa. Di sana, ia lebih dikenal dengan nama Geber. Ibnu
Hayyan adalah ilmuwan pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam aktivitasnya
di bidang alkemi, yang kemudian dikembangkan menjadi ilmu kimia seperti yang
dikenal sekarang. Jabir Ibnu Hayyan juga dikenal sebagai orang pertama yang
mendirikan laboratorium dan menggunakan tungku sebagai tempat mengolah mineral,
mengekstraksi zat-zat, sebelum kemudian mengklasifikasikannya.
12.Ibnu
Al-Baithar
Nama lengkap Ibnu Al-Baithar
adalah Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin al-Baitar Dhiya al-Din
al-Malaqi. Ia adlah salah seorang ilmuwam Muslim tebaik yang pernah ada,
juga ahli botani & farmasi. Al-Baitar di lahirkan pada akhir abad XII di
kota Malaga, spanyol.
Minat Ibnu al-Baitar pada tumbuh-Tumbuhan sudah tampak sejak kecil. Ia sangat
menyukai tumbuhan, ketika beranjak dewasa, Ibnu al-Baitar berguru pada Abu
al-Abbas al-Nabati, seorang ahli botani & farmasi yang terkenal pada masa
itu. Setamat menuntut ilmu, al-Baitar memutuskan untuk mulai berkelana.
Pada tahun
1219, Ibnu al-Baitar mengikuti sebuah ekspedisi yang mengharuskannya
meninggalkan Spanyol. Bersama rekan-rekannya, ia melakukan perjalanan dari
suatu daerah ke daerah lain untuk mengumpulkan beragam jenis tumbuhan. Mereka
menyusuri daerah sepanjang pantai utara Afrika & Asia Timur jauh. Selain
itu, mereka juga menyinggahi beberapa kota, seperti Konstantinopel, Tunisia,
Tripolli, Barqa, & Adalia
Setalah
tahun 1224. Ibnu Al-Baitar bekerja pada seorang Gubernur Mesir
bernama al-Kamil. Ia dipercaya memegang jabatan sebagai kepala ahli
tumbuhan obat. Pada tahun 1227, saat al-Kamil melakukan perjalanan dalam rangka
memperluas kekuasaannya hingga Damaskus, ia juga membawa serta Ibnu al-Baitar.
Segera saja, kesempatan itu dimanfaatkan oleh Ibnu al-Baitar untuk mengumpulkan
berbgai jenis tumbuhan yang ditemuinya di sepanjang perjalanan. Ketika mereka
menetap di Suriah selama beberapa tahun, Ibnu Al-Baitar berkesemptan mengadakan
penelitian di suatu wilayah yang sangat luas, temasuk Saudi Arabia &
Palestina.
Sebagian besar buku karya Ibnu al-Baitar berasal dari hasil penelitiannya
selama beberapa tahun terhadap berbagai jenis tumbuhan. Tak hanya berisi hasil penelitian, buku tersebut juga di
lengkapi penjelasan & komentar panjang. Di kemudian hari, karya-Karya Ibnu
al-Baitar menjadi buku rujukan ilmu botani yang sangat penting. Kontribusi Ibnu al-Baitar tersebut sangat
mempengaruhi perkembangan ilmu botani & kedokteran selanjutnya, baik di
Eropa maupun Asia. Karya Ibnu al-Baitar yang paling tekenal adalah al-Jami
fi al-Adawiya al-Mufrada. Karya ini
dianggap sebagai buku ilmu botani paling lengkap dalam kaitannya dengan ilmu
pengobatan Arab. Kitab ini menjadi rujukan para ahli tumbuhan & obat-obatan
hingga abad XVI.
13.Muhammad
Ibnu Musa Al-Khawarizmi
Nama Asli dari al-Khawarizmi ialah
Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu
Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-Khawarizmi dikenal di Barat sebagai
al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi
dan beberapa cara ejaan lagi. Beliau dilahirkan di Bukhara.Tahun 780-850M
adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi. al-Khawarizmi telah wafat antara tahun
220 dan 230M. Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan
abad ke-9M. Sumber lain menegaskan beliau hidup di Khawarism, Usbekistan pada
tahun 194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M di Baghdad.
Beliau
telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangen dalam penyelidikan trigonometri
dan astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah
al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah
observatory yaitu tempat belajar matematika dan astronomi. Al-Khawarizmi juga
dipercaya untuk memimpin perpustakaan khalifah. Beliau pernah memperkenalkan
angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam. Beliau juga
merupakan seorang penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin. Al-Khawarizmi
adalah seorang tokoh yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab. Banyak
lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematika dan
menghasilkan konsep-konsep matematika yang begitu populer yang masih digunakan
sampai sekarang.
Sumbangsihnya dalam bentuk hasil karya
diantaranya ialah :
1. Al-Jabr wa’l Muqabalah : beliau telah mencipta pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.
2.Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Beliau
1. Al-Jabr wa’l Muqabalah : beliau telah mencipta pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.
2.Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Beliau
3.Sistem
Nomor : Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam sistem
Nomor pada zaman sekarang. Karyanya yang satu ini memuat Cos, Sin dan Tan dalam
penyelesaian persamaan trigonometri , teorema segitiga sama kaki dan
perhitungan luas segitiga, segi empat dan lingkaran dalam geometri.
Kepribadian
al-Khawarizmi telah diakui oleh orang Islam maupun dunia Barat. Ini dapat
dibuktikan bahawa G.Sarton mengatakan bahwa“pencapaian-pencapaian yang
tertinggi telah diperoleh oleh orang-orang Timur….” Dalam hal ini
Al-Khawarizmi. Tokoh lain, Wiedmann berkata…." al-Khawarizmi mempunyai
kepribadian yang teguh dan seorang yang mengabdikan hidupnya untuk dunia
sains".
14.Tsabit
Ibnu Qurrah Al-Hirany
Tsabit bin Qurrah lahir pada tahun
833 di Haran, Mesopotamia. Ia dikenal sebagai ahli geometri terbesar pada masa
itu. Tsabit merupakan salah satu penerus karya al-Khawarizmi. Beberapa karyanya
diterjemahkan dalam bahasa Arab dan Latin, khususnya karya tentang Kerucut
Apollonius. Tsabit juga pernah menerjemahkan sejumlah karya ilmuwan Yunani,
seperti Euclides, Archimedes, dan Ptolomeus.
Karya
orisinal Archimedes yang diterjemahkannya berupa manuskrip berbahasa Arab, yang
ditemukan di Kairo. Setelah diterjemahkan, karya tersebut kemudian diterbitkan
di Eropa. Pada tahun 1929, karya tersebut diterjemahkan lagi dalam bahasa
Jerman. Adapun karya Euclides yang diterjemahkannya berjudul On the
Promises of Euclid; on the Propositions of Euclid dan sebuah buku tentang
sejumlah dalil dan pertanyaan yang muncul jika dua buah garis lurus dipotong
oleh garis ketiga. Hal tersebut merupakan salah satu bukti dari pernyataan
Euclides yang terkenal di dunia ilmu pengetahuan. Selain itu, Tsabit juga
pernah menerjemahkan sebuah buku geometri yang berjudulIntroduction to the
Book of Euclid.
Tsabit
bin Qurrah juga pernah menulis sejumlah persamaan pangkat dua (kuadrat),
persamaan pangkat tiga (kubik), dan beberapa pendalaman rumus untuk
mengantisipasi perkembangan kalkulus integral. Selain itu, ia melakukan
sejumlah kajian mengenai parabola, sebelum kemudian mengembangkannya. Dalam
bukunya yang berjudul Quadrature of Parabola, ia menggunakan bentuk
hitungan integral untuk mengetahui sebuah bidang dari parabola.
Selain
mahir matematika, Tsabit juga ahli astronomi. Ia pernah bekerja di Pusat
Penelitian Astronomi yang didirikan oleh Khalifah al-Ma’mun di Baghdad. Selama
bekerja di sana, Tsabit meneliti gerakan sejumlah bintang yang disebut Hizzatul
I’tidalain, yang ternyata mempengaruhi terjadinya gelombang bumi setiap 26
tahun sekali. Sejak 5000 tahun yang lalu, para ahli perbintangan Mesir telah
menemukan sebuah bintang yang bergerak mendekati Kutub Utara, yang
disebut Alfa al-Tanin. Pada tahun 2100 nanti, bintang tersebut akan
menjauhi Kutub Utara. Pada tahun 14000, akan muncul kembali sebuah bintang
utara yang bernama an-Nasr. Bintang tersebut adalah bintang utara
yang paling terang.
15.Al-Mas’udi
Muruj
adz-Dzahab wa Ma’adin dianggap
sebagai buku yang memberikan dasar-dasar teori evolusi. Dengan pertimbangan
tersebut, buku ini diterbitkan kembali di Kairo (1866) dan diterjemahkan dalam
bahasa Perancis oleh C.B. de Maynard dan P. de Courteille. Hasil terjemahan itu
kemudian dibagi menjadi sembilan jilid dan dicetak di Paris (1861-1877). Buku
jilid pertama sempat diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh A. Sprenger dan
dicetak di London.
Selain Muruj
adz-Dzahab wa Ma’adin, karya al-Mas’udi lainnya adalah Kitab
at-Tanbih wa al-Isyraf (Book of Indication and Revision), yaitu sebuah buku
yang berisi ringkasan koreksi terhadap tulisannya yang lain. Buku ini juga
memaparkan garis besar pandangan filsafat al-Mas’udi tentang alam dan sejumlah
pemikiran evolusinya. Di kemudian hari, buku ini diedit oleh M.J. de Geoje,
sebelum kemudian diterjemahkan dalam bahasa Perancis oleh Carra de Vaux pada
tahun 1896.
Al-Mas’udi
meninggal dunia pada tahun 956.
16.Ibnu Sa’ad
Nama
sebenarnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin sa’ad bin Mani’ al-Quraisy al
Bashri al Baghdadi, ia seorang imam penghapal hadits dan seorang ahli fiqh
sejarah yang terpercaya ( Tsiqah ), ia dilahirkan di Bashrah
pada tahun 168 H.
Ibn Sa’ad
merupakan tipologi ulama ahli hadis yang memiliki kepedulian dan perhatian yang
besar terhadap sejarah Nabi dan umat Islam. Studi dan kajiannya mencerminkan
usahanya dalam mencari, mengumpulkan dan merekonstruksi semua berita dari
pendahulunya. Banyak ulama yang mengakui kredibilitas dan kapabilitas keilmuan
dan keutamaan Ibn Sa’ad.
Ibn
Sa’ad memiliki gelar kehormatan yang banyak. Ia adalah seorang al-Hafiz,
al-‘Allamah, al-Hujjah, al-Tsiqah dan lain sebagainya. Ini membuktikan keilmuan
Ibn Sa’ad yang luas, baik itu ilmu Sejarah maupun Hadits; meliputi pelacakan
dan periwayatannya, keghariban dan pemahamannya. Ia mengetahui berita-berita
Nabi Muhammad dan orang-orang sesudah mereka. Disamping itu
Ibnu Sa’ad adalah seorang yang saleh, ia selama 60 tahun berpuasa seperti
Nabi Daud, yaitu sehari puasa dan sehari lagi tidak.
Ia
meriwayatkan hadits dari Muhammad bin Umar al Waqidy, Ibnu Ulaiyah, Sufyan bin
Uyainah, Yazid bin Harun al Washiti, Ubaidullah bin Musa al Abbasy dan Abu
Nu’aim al Fadhal, Ibnu Dikkin al Kufiyah dan dari ulama ulama di Bashrah,
Kufah, Wasith, Baghdad, Makkah, Madinah, Syam, Yaman, Mesir, dan lain lainnya.
Diantara
orang yang meriwayatkan hadits daripadanya adalah Musa’ab az Zubairiy, al
Harits Muhammad bin Abi Usamah pengarang musnad, Ahmad Ibnu Ubaid al Hasyimy,
Ahmad bin Yahya bin Jarir al Balazdariy Pengarang kitab Futuhul Buldan, Abu
Bakar Abdullah bin Muhammad terkenal dengan nama Ibnu Abud Dunya dan al Husain
bin Muhammad yang meriwayatkan al-Thabaqat al-Kubra daripadanya.
Diantara
kitabnya yang terkenal adalah al-Thabaqat al-Kubra, yang didalamnya dijelaskan
kisah kisah nabi nabi terdahulu istimewa Nabi kita Muhammad saw sebagai
pendahuluan bagi sejarah sejarah rasul dan peperangan peperangan yang beliau
lakukan diterangkan dalam Sirah Nabawiyah, setelah itu barulah
diterangkan Thabaqat para Sahabat, Tabi’in dan orang orang sesudah mereka
sampai kepada masa Ibnu Sa’ad sendiri.
Hanya
saja tidak semua riwayat yang terdapat didalamnya kuat, ada yang diantaranya
Maqtu’ atau Mursal, namun demikian kitab itu menjadi sumber pegangan bagi para
ulama ulama yang datang kemudian.
17.Ibnu Qoyyim
Nama, lengkap beliau
adalah Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyub
bin Sa'ad bin Harits Az Zar'i (M. Al-Anwar As-Sanhuti', 2001: 17). Dalam
buku “Manhaj Tarbiyah Ibnu Qoyyim” dikatakan bahwa nama lengkap
beliau adalah Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyub bin Sa'ad bin Harits Az
Zar'i Ad-Dimasqy, laqob-nya adalah Syamsudin. Kunyahnya adalah Abu
Abdillah al-Jauziyah (Hasan bin Ali Al-Hijazy, 2001:1).
Beliau lahir
dan wafat di Damaskus. Dilahirkan pada, tanggal 6 Shafar 691 H/29 Januari
1292 M dan meninggal pada tanggal 23 Rajab 751 H/26 September 1350 M.
Ayahnya
bermama Abi Bakr bin Ayyub Az Zar'i
pengelola madrasah Al-Jauziyah di Damaskus.
Kitab-kitab karangan Ibnu
Qoyyim banyak sekali diantaranya:
· Dalam
Bidang Fiqh:
- I’lam al-Muwa’qi’in ‘An Rabbil ‘Alamin
- Al-Thuruq
Al-Hukmiyah fi Al-Siyasat Al-Syai’ah
- Ahkamu Ahlu Al-Zimmah
- Ighasta
Al-Lahfan, dan lain-lain
· Dalam
Bidang Ilmu Kalam:
- Al-Kafiyah
Al-Syafiyah fil Ihtisharlil Farq Al-Nafiyah
- Al-Syifa
Al-‘Aqil fi Masaili Al-Qadha wal Qadr wal Hikmah
- Al
Ruh, dan lain-lain
· Dalam
Bidang Tasawuf:
- Madarij
Al-Salikin Baina Manazil Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in
- Raudhah
Al-Muhibbin wa Nuzhatul Mustaqim
- Al-Jawab Al-Kafi
Iiman Sa’ala An Al-Dawa Al-Syafi, dan lain-lain
18.Imam
Ibnu Majah
Nama sebenarnya Abu Abdullah
Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i al-Qazwini dari desa Qazwin, Iran. Lahir
tahun 209 dan wafat tahun 273. Beliau adalah muhaddits ulung, mufassir dan
seorang alim. Beliau memiliki beberapa karya diantaranya adalah Kitabus Sunan,
Tafsir dan Tarikh Ibnu Majah.
Ia
melakukan perjalanan ke berbagai kota untuk menulis hadits, anatara lain Ray,
Basrah, Kufah, Baghdad, Syam, Mesir dan Hijaz.
Ia
menerima hadit dari guru gurunya antara lain Ibn Syaibah, Sahabatnya Malik dan
al-Laits. Abu Ya’la berkata,” Ibnu Majah seorang ahli ilmu hadits dan mempunyai
banyak kitab”.
Ibnu
Katsir berkata,” Ibnu Majah pengarang kitab Sunan, susunannya itu menunjukan
keluasan ilmunya dalam bidang Usul dan furu’, kitabnya mengandung 30 Kitab; 150
bab, 4.000 hadits, semuanya baik kecuali sedikit saja”.
Al-Imam al-Bushiri (w. 840) menulis ziadah (tambahan) hadits di dalam Sunan Abu Dawud yang tidak terdapat di dalam kitabul khomsah (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasa’i dan Sunan Tirmidzi) sebanyak 1552 hadits di dalam kitabnya Misbah az-Zujajah fi Zawaid Ibni Majah serta menunjukkan derajat shahih, hasan, dhaif maupun maudhu’. Oleh karena itu, penelitian terhadap hadits-hadits di dalamnya amatlah urgen dan penting. Ia wafat pada tahun 273 H .
Al-Imam al-Bushiri (w. 840) menulis ziadah (tambahan) hadits di dalam Sunan Abu Dawud yang tidak terdapat di dalam kitabul khomsah (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasa’i dan Sunan Tirmidzi) sebanyak 1552 hadits di dalam kitabnya Misbah az-Zujajah fi Zawaid Ibni Majah serta menunjukkan derajat shahih, hasan, dhaif maupun maudhu’. Oleh karena itu, penelitian terhadap hadits-hadits di dalamnya amatlah urgen dan penting. Ia wafat pada tahun 273 H .
19.Imam Ghazali
Imam Ghazali memang orang yang cerdas dan
sanggup mendebat segala sesuatu yang tidak sesuai dengan penalaran yang jernih
hingga Imam al-Juwaini sempat memberi predikat beliau itu sebagai orang yang
memiliki ilmu yang sangat luas bagaikan "laut dalam nan menenggelamkan (bahrun
mughriq)". Ketika gurunya meninggal dunia, al-Ghazali meninggalkan
Nisabur menuju ke istana Nidzam al-Mulk yang menjadi seorang perdana menteri
Sultan Bani Seljuk. Karena kehebatan ilmunya, akhirnya pada tahun 484 atau 1091
Nidzam al-Mulk mengangkat Imam Ghazali sebagai guru besar di Universitas yang
didirikannya di Baghdad.
Di
tengah-tengah kesibukannya mengajar di Baghdad, beliau masih sempat mengarang
sejumlah kitab sepertiAl-Basith, Al-Wasith, Al-Wajiz, Khulashah Ilmu Fiqh,
Al-Munqil fi Ilm al-Jadal (Ilmu Berdebat), Ma'khadz al-Khalaf, Lubab al-Nadzar,
Tashin al-Ma'akhidz, dan Al-Mabadi' wa al-Ghayat fi Fann al-Khalaf.
Begitu juga di tengah-tengah kesibukan ini, beliau juga belajar berbagai ilmu
pengetahuan dan filsafat klasik seperti filsafat Yunani, sebagaimana beliau
juga mempelajari berbagai aliran agama yang beraneka ragam yang terkenal di
waktu itu. Beliau mendalami berbagai bidang studi ini dengan harapan agar dapat
menolongnya mencapai ilmu pengetahuan sejati yang sangat didambakan.
Setelah empat tahun, beliau memutuskan untuk berhenti mengajar di Baghdad. Lalu
ditinggalkannya kota tersebut untuk menunaikan ibadah haji. Setelah itu beliau
menuju Syam, hidup dalam Jami' Umawy dengan kehidupan serba penuh ibadah,
dilanjutkan pengembaraan ke berbagai padang pasir untuk melatih diri menjauhi
barang-barang terlarang (haram), meninggalkan kesejahteraan dan kemewahan
hidup, mendalami masalah keruhanian dan penghayatan agama.
20.Imam Syafi’I
Saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan
lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari
Mekkah menuju Madinah. Setahun kemudian, kitab Al Muwatha’ karangan imam malik
yang berisikan 1.720 hadis pilihan juga dihafalnya di luar kepala, Imam Syafi’i
juga menekuni bahasa dan sastra Arab di dusun badui bani hundail selama
beberapa tahun, kemudian beliau kembali ke Mekkah dan belajar fiqh dari seorang
ulama besar yang juga mufti kota Mekkah pada saat itu yaitu Imam Muslim bin
Khalid Azzanni. Kecerdasannya inilah yang membuat dirinya dalam usia yang
sangat muda (15 tahun) telah duduk di kursi mufti kota Mekkah, namun demikian
Imam Syafi’i belum merasa puas menuntut ilmu karena semakin dalam beliau
menekuni suatu ilmu, semakin banyak yang belum beliau mengerti, sehingga tidak
mengherankan bila guru Imam Syafi’i begitu banyak jumlahnya sama dengan
banyaknya para muridnya.
Meskipun Imam Syafi’i menguasai hampir seluruh disiplin ilmu, namun beliau
lebih dikenal sebagai ahli hadis dan hukum karena inti pemikirannya terfokus
pada dua cabang ilmu tersebut, pembelaannya yang besar terhadap sunnah Nabi
sehingga beliau digelari Nasuru Sunnah (Pembela Sunnah Nabi). Dalam pandangannya,
sunnah Nabi mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, malah beberapa kalangan
menyebutkan bahwa Imam Syafi’i menyetarakan kedudukan sunnah dengan Al Quran
dalam kaitannya sebagai sumber hukum islam, karena itu, menurut beliau setiap
hukum yang ditetapkan oleh rasulullah pada hakekatnya merupakan hasil pemahaman
yang diperoleh Nabi dari pemahamannya terhadap Al Quran. Selain kedua sumber
tersebut (Al Quran dan Hadis), dalam mengambil suatu ketetapan hukum, Imam
Syafi’i juga menggunakan Ijma’, Qiyas dan istidlal (penalaran) sebagai dasar
hukum islam. Diantara karya karya Imam Syafi’i yaitu Al Risalah, Al Umm yang
mencakup isi beberapa kitabnya, selain itu juga buku Al Musnadberisi tentang
hadis hadis rasulullahyang dihimpun dalam kitab Umm serta ikhtilaf Al hadis.
21.Abu Nawas
Nama
asli Abu Nawas adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani
al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H (747 M ) di kota Ahvaz di negeri
Persia (Iran sekarang), dengan darah dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di
tubuhnya. Abu Nawas merupakan seorang pujangga Arab dan
dianggap sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Abu Nawas juga
muncul beberapa kali dalam kisah Seribu Satu Malam. Ayahnya, Hani
al-Hakam, merupakan anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama
Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. Sejak kecil ia
sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu
Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan Masa mudanya penuh perilaku kontroversial yang
membuat Abu Nawas tampil sebagai tokoh yang unik dalam khazanah sastra Arab
Islam. Meski begitu, sajak-sajaknya juga sarat dengan nilai sprirtual, di
samping cita rasa kemanusiaan dan keadilan. Abu Nawas belajar sastra Arab
kepada Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga belajar Al-Quran kepada
Ya'qub al-Hadrami. Sementara dalam Ilmu Hadis, ia belajar kepada Abu Walid bin
Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al-Qattan, dan Azhar bin Sa'ad
as-Samman.
Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, telah
memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah
sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang kemudian membawanya kembali ke Ahwaz,
lalu ke Kufah. Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh Abu Nawas berdiam
di pedalaman, hidup bersama orang-orang Arab Badui untuk memperdalam dan
memperhalus bahasa Arab.
Kemudian
ia pindah ke Baghdad. Di pusat peradaban Dinasti Abbasyiah inilah ia berkumpul
dengan para penyair. Berkat kehebatannya menulis puisi, Abu Nawas dapat
berkenalan dengan para bangsawan. Namun karena kedekatannya dengan para
bangsawan inilah puisi-puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja
dan menjilat penguasa.
Dalam
Al-Wasith fil Adabil 'Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair
multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka
sastrawan angkatan baru. Namun sayang, karya-karya ilmiahnya justru jarang
dikenal di dunia intelektual.
22.Al-Kindi
ABU YOUSUF
YAQUB IBN ISHAQ AL-KINDI lahir
di Kufah sekitar 800 M. Ayahnya adalah seorang pejabat Haroon al-Rashid.
Al-Kindi adalah kontemporer al-Ma’mun, al-Mu’tasim dan al-Mutawakkil dan
berkembang sebagian besar di Baghdad. Dia vas dipekerjakan secara formal oleh
Mutawakkil sebagai seorang kaligrafer. Karena pandangan filosofisnya,
Mutawakkil kesal dengan dia dan menyita semua buku-bukunya. Ini adalah,
bagaimanapun, kembali di kemudian hari. Dia meninggal pada 873 Masehi pada masa
pemerintahan al-M’utamid.
Al-Kindi
adalah seorang filsuf, matematikawan, fisikawan, astronom, dokter, geografi dan
bahkan seorang ahli dalam musik. Hal ini mengejutkan bahwa ia membuat
kontribusi asli untuk semua bidang. Pada rekening dari karyanya ia dikenal
sebagai filsuf Arab.
Dalam
matematika, ia menulis empat buku tentang sistem bilangan dan meletakkan dasar
dari sebagian besar aritmatika modern. Tidak diragukan sistem angka Arab
sebagian besar dikembangkan oleh al-khawarizmi, tetapi al-Kindi juga membuat
kontribusi yang kaya untuk itu. Dia juga memberikan kontribusi untuk geometri
bola untuk membantu dirinya dalam studi astronomi.
Dalam
kimia, ia menentang gagasan bahwa logam dasar bisa diubah menjadi logam mulia.
Berbeda dengan pandangan alkimia yang berlaku, ia tegas bahwa reaksi kimia
tidak bisa membawa transformasi elemen. Dalam fisika, ia membuat kontribusi
kaya untuk optik geometri dan menulis buku tentang itu. Buku ini kemudian
dengan pedoman yang disediakan dan inspirasi bagi ilmuwan terkemuka seperti
Roger Bacon.
pengaruh Al-Kindi tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat signifikan
dalam kebangkitan ilmu pengetahuan dalam periode tersebut. Pada Abad
Pertengahan, Cardano menganggapnya sebagai salah satu dari dua belas pikiran
terbesar. Karya-karyanya, pada kenyataannya, menyebabkan perkembangan lebih
lanjut dari berbagai subjek selama berabad-abad, terutama fisika, matematika,
kedokteran dan musik.
Dia adalah seorang penulis yang produktif, jumlah buku yang ditulis oleh dia
adalah 241, yang menonjol antara yang dibagi sebagai berikut: Astronomi 16, Aritmatika 11,
Geometri 32, Kedokteran 22,Fisika 12, Filsafat 22, Logic 9, Psikologi 5, ar, d
Music 7.
23.Imam Sibawaihi
Ilmu
Nahwu adalah ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan
akhir kata bahasa arab yang berhubungan denganya. Adapun faktor yang mendorong
di rumuskanya ilmu Nahwu adalah keinginan adanya fasilitas ilmu yang memadai
untuk memahami pesan-pesan agama dalam al-Qur’an dan al Hadits yang berbahasa
Arab, Implikasi dari bahasa al Qur’an dan al-Hadits dalam melakukan amal
sehari-hari khususnya yang berkaitan dengan praktek kegamaan harus menggunakan
bahasa Arab. Di samping itu dalam sejarah hidup para ulama Nahwu kebanyakan
dari mereka adalah para ahli Qira’ah, ahli bacaan al Qur’an, yang
berkepentingan untuk menjaga otentitas bacaan al Qur’an.
Imam
Sibawaih terkenal dengan julukan ‘ajam yang menunjukan bahwa beliau berasal
dari Persia. Nama lengkapnya ‘Amr bin ‘Usman Qunbar, lahir di daerah Baidha
sebuah desa di negeri persia berdekatan dengan Syiraz pada tahun 148 H
bertepatan dengan tahun 765 M. Beliau adalah salah satu murid dari Al-khalil
bin Ahmad al Farahidi yang diakui kecerdasan dan kepandaianya dalam masalah
Nahwu tentang ‘amil dan ‘awamil yang kemudian oleh beliau di kumpulkan
ilmu-ilmu tersebut menjadi Al Kitab. Beliau termasuk ulama yang paling berjasa
dalam pengembangan dan penyempurnaan ilmu Nahwu Bashrah.
Di
antara para linguis yang turut serta mengembangkan ilmu Nahwu adalah Imam
Sibawaih karena di tangan Beliaulah bermacam-macam istilah Nahwu lahir. Kota
Bashrah merupakan kota pusat ilmu pengetahuan. Dalam skripsi ini bermaksud
untuk meneliti lebih lanjut tentang peran serta karya Imam Sibawaih dan
kontribusinya terhadap perkembangan ilmu Nahwu khususnya di Bashrah.
Adalah
Sibawaehi (Nama lengkapnya: ‘Amr ibn Utsman Ibn Qunbar [148-180 H./765-795 M.])
pengarang al-Kitâb yang terkenal itu. Julukannya adalah: “Abu Bisyr” tapi orang
banyak mengenalnya: “Sibawaehi”. Dalam bahasa Persia, kata Sibawaehi artinya:
harum buah apel.Imam pakar Ilmu Nahwu ini dilahirkan di suatu komunitas besar
di kota Baidha’, salah satu kota di propinsi Istikhar, Persia (Iran sekarang).
24.Muhammad
bin Ishaq (Ibnu Ishaq)
Muhammad bin Ishaq
atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Ishaq (wafat tahun 151 H) merupakan salah
satu murid dari Az-Zuhri. Selain penulis kitab Sirah, ia pun dikenal sebagai
penulis kitab Maghazi (kisah-kisah peperangan).
Kitab Sirah yang ditulis oleh Ibnu Ishaq yang sampai pada
kita adalah berjudul Sirah Ibnu Hisyam yang merupakan
mukhtashar/ringkasan dari Sirah Ibnu Ishaq.
Menurut para ulama muhaqqiq, riwayat-riwayat yang ada
dalam kitab Sirah Ibnu Ishaq, berisi hadits-hadits hasan yang bercampur dengan
hadits-hadits dla’if. Riwayat-riwayat yang ia bawakan tidaklah sampai pada
derajat shahih, namun hanya sampai pada derajat hasan saja dengan syarat ia
menyatakan secara terang (sharih) penyimakan haditsnya[1] karena ia seorang perawi mudallis.
Ibnu ‘Ady berkata :
وقد
فتشت أحاديثه فلم أجد في أحاديثيه ما يتهيأ أن يقطع عليه بالضعف، وربما أخطأ أو
يهم، كما يخطيء غيره، ولم يتخلف في الرواية عنه الثقات والأئمة وهو لا بأس به
“Saya
telah meneliti hadits-haditsnya, dan saya tidak melihat ada hadits-hadits yang
pasti kedla’ifannya. Terkadang ia melakukan kesalahan, sebagaimana yang juga
dilakukan oleh orang lain; selama tidak ada penyelisihan riwayat darinya dari
kalangan perawi yang terpercaya dan para imam, maka riwayatnya tidak masalah
(dapat diterima)”.
Hal ini adalah kesaksian yang sangat penting. Bukan karena
kedudukan dan sikap keras Ibnu ‘Ady dalam pen-tausiq-an ini
saja, tetapi hal itu berdasarkan pada proses pengujian riwayat. Bukan sekedar
penukilan perkataan para ahli naqd sebelumnya yang menuduh
Ibnu Ishaq seputar masalah qadar (yaitu fitnah Qadariyyah), tasyayu’ (kecenderungan
pada pemikiran Syi’ah), tadlis,[2] dan tashhif (salah tulis). Hal itu
sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Yahya bin Sa’id Al-Umawi :
ابن
إسحاق يصحف في الأسماء لأنه إنما أخذها من الديوان
”Ibnu Ishaq sering melakukan tahshhif (kesalahan
dalam penulisan) tentang nama-nama karena ia mengambilnya dari
kitab-kitab diwan”. [3]
Ibnu Ishaq adalah perawi mudallis yang kedudukannya tidak sampai pada tingkat shahih. Haditsnya diterima dan berkedudukan pada tingkatan hadits hasan jika ia tidak bersendirian dan menegaskan tentang penyimakannya terhadap hadits yang ia terima.
25.Imam Malik
Imam malik bernama lengkap Abu
Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin
Kutail bin Amr bin Haris Al Asbahi, lahir di Madinah pada tahun 712-796 M.
Berasal dari keluarga Arab yang terhormat dan berstatus sosial yang tinggi,
baik sebelum datangnya islam maupun sesudahnya, tanah asal leluhurnya adalah
Yaman, namun setelah nenek moyangnya menganut islam mereka pindah ke Madinah,
kakeknya Abu Amir adalah anggota keluarga pertama yang memeluk agama islam pada
tahun ke dua Hijriah.
Kakek
dan ayahnya termasuk ulama hadis terpandang di Madinah, oleh sebab itu, sejak
kecil Imam Malik tak berniat meninggalkan Madinah untuk mencari ilmu, karena
beliau merasa Madinah adalah kota sumber ilmu yang berlimpah dengan ulama ulama
besarnya. Imam Malik menekuni pelajaran hadis kepada ayah dan paman pamannya
juga pernah berguru pada ulama ulama terkenal seperti Nafi’ bin Abi Nuaim, Ibnu
Syihab Al Zuhri, Abu Zinad, Hasyim bin Urwa, Yahya bin Said Al Anshari,
Muhammad bin Munkadir, Abdurrahman bin Hurmuz dan Imam Ja’far AsShadiq.
Kecintaannya
kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya diabdikan dalam dunia
pendidikan, tidak kurang empat Khalifah, mulai dari Al Mansur, Al Mahdi, Harun
Arrasyid dan Al Makmun pernah jadi muridnya, bahkan ulama ulama besar Imam Abu
Hanifah dan Imam Syafi’i pun pernah menimba ilmu darinya, menurut sebuah
riwayat disebutkan bahwa murid Imam Malik yang terkenal mencapai 1.300
orang. Ciri pengajaran Imam malik adalah disiplin, ketentraman dan rasa hormat
murid terhadap gurunya.
Karya
Imam malik terbesar adalah bukunya Al Muwatha’ yaitu kitab fiqh yang
berdasarkan himpunan hadis hadis pilihan, menurut beberapa riwayat mengatakan
bahwa buku Al Muwatha’ tersebut tidak akan ada bila Imam Malik tidak dipaksa
oleh Khalifah Al Mansur sebagai sangsi atas penolakannya untuk datang ke
Baghdad, dan sangsinya yaitu mengumpulkan hadis hadis dan membukukannya,
Awalnya imam Malik enggan untuk melakukannya, namun setelah dipikir pikir tak
ada salahnya melakukan hal tersebut Akhirnya lahirlah Al Muwatha’ yang ditulis
pada masa khalifah Al Mansur (754-775 M) dan selesai di masa khalifah Al Mahdi
(775-785 M), semula kitab ini memuat 10 ribu hadis namun setelah diteliti
ulang, Imam malik hanya memasukkan 1.720 hadis. Selain kitab tersebut, beliau
juga mengarang buku Al Mudawwanah Al Kubra.
Komentar
Posting Komentar