Langsung ke konten utama

Cendekiawan Islam pada Zaman Bani Al-Bassiyah

Cendekiawan Islam pada Zaman Bani Al-Bassiyah,antara lain:


1.Al-Fazary
Abu Abdallah Muhammad ibn Ibrahim al-Farazi (796-806) adalah seorang filsuf muslim, matematikawan, dan astronom.Beliau lahir di tengah keluarga ilmuwan. Ayah beliau, Ibrahim al Fazari, juga seorang astronomer dan matematikawan. Beberapa sumber mengatakan bahwa dilihat dari nama, beliau berasal dari Arab tapi mempelajari ilmu di Persia dan sumber yang lain mengatakan bahwa beliau adalah seorang Persia. Al Farazi menetap serta berkarya di Baghdad, Irak, ibu kota kekhalifahan Abbasiyah.
Al Farazi adalah salah satu astronom paling awal di dunia Islam. Beliau memegang peran penting dalam kemajuan ilmu astronomi di masa Abbasiyah. Al Fazari menerjemahkan beberapa literatur asing ke dalam bahasa Arab dan Persia. Bersama dengan beberapa cendekiawan lain, seperti Naubakht, Masha'Alhah, dan Umar ibnu al-Farrukhan al-Tabari, beliau meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan di dunia Islam. Dinasti Abbasiyah yang berkuasa saat itu memberikan peluang dan dukungan yang sangat besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan apalagi dalam bidang astronomi. Khalifah al-Mansyur adalah penguasa Abbasiyah pertama yang memberi perhatian serius dalam pengkajian astronomi dan astrologi. Beliau tidak segan untuk mengeluarkan dana besar untuk memulai pengembangan ilmu ini.
Khalifah mengumpulkan dan mendorong cendekiawan muslim untuk menerjemahkan beragam literatur yang berasal dari Yunani, Romawi Kuno, India, hingga Persia. Sang khalifah menunjuk seorang ahli astronomi yang bernama Naubahkh untuk memimpin upaya itu. Khalifah meulis surat pada kaisar Bizantium agar mengirimkan buku-buku ilmiah untuk diterjemahkan, termasuk buku-buku tentang ilmu astronomi. Secara khusus, sang khalifah meminta al Fazari untuk menerjemahkan sebuah buku tentang astronomi dari India yang berjudul Sindhind, tylisan Brahmaghupta. Buku tersebut dibawa oleh seorang pengembara dan ahli astronomi India bernama Mauka ke Baghdad dan segera menarik perhatian kaum cendekia di sana. Al Fazari menunaikan tugas dengan baik.
Al Fazari, ungkap Ehsan Masood dalam bukunya "Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern", saat itu telah menguasai astronomi sehingga di bawah arahan khalifah langsung beliau mampu menerjemahkan dan menyadur teks astronomi India kuno yang sangat teknis tersebut. Kemudia beliau memberi judul Zij al Sinin al Arab (Tabel Astronomi Berdasarkan Penanggalan Bangsa Arab) pada karya terjemahannya tersebut.
Ilmuwan terkemuka bernama Yaqub ibnu Tariq juga turut membantu dalam proyek pengalihan bahasa tersebut. Menurut Ehsan Masood, penerjemahan Sindhind sangat berharga. Bukan hanya karena wawasan astronominya tapi juga sistem penomoran India yang ada di dalamnya. Hasil kerja Al Farazi melalui penerjemahan mengenalkan sistem penomoran tersebut ke dunia Arab.                      


2.Al-Farghani
Al-Farghani adalah seorang ahli astronomi muslim yang sangat berpengaruh. Nama lengkapnya adalah Abu al-Abbas bin Muhammad bin Kalir al-Farghani. Di Barat, para ahli astronomi abad pertengahan mengenalnya dengan sebutan al-Farghanus. 
Al-Farghani berasal dari Farghana, Transoxania. Farghana adalah sebuah kota di tepi sungai Sardaria, Uzbekistan. Ia hidup di masa pemerintahan khalifah al-Ma'mun (813-833) hingga masa kematian al-Mutawakkil (847-881). Al-Farghani sangat beruntung hidup di dua masa tersebut karena pemerintah kekhalifahan memberi dukungan penuh bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Buktinya, sang khalifah membangun sebuah lembaga kajian yang disebut Akademi al-Ma'mun, dan mengajak al-Farghani untuk bergabung. Bersama para ahli astronomi lain, ia diberi kesempatan menggunakan peralatan kerja yang sangat canggih pada masa itu. Ia memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengetahui ukuran bumi, meneropong bintang, dan menerbitkan laporan ilmiah. Pada tahun 829, al-Farghani melakukan penelitian di sebuah observatorium yang didirikan oleh khalifah al-Ma'mun di Baghdad. Ia ingin mengetahui diameter bumi, jarak, dan diameter planet lainnya. Pada akhirnya, ia berhasil menyelesaikan penelitian tersebut dengan baik.
Al-Farghani juga termasuk orang yang turut memperindah Darul Hikmah al-Ma'mun dan mengambil bagian dalam proyek pengukuran derajat garis lintang bumi. Al-Farghani juga berhasil menjabarkan jarak dan diameter beberapa planet. Pada masa itu, hal tersebut merupakan pencapaian yang sangat luar biasa.
Hasil penelitian al-Farghani di bidang astronomi ditulisnya dalam berbagai buku. Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum (Asas-Asas Ilmu Bintang)adalah salah satu karya utamanya yang berisi kajian bintang-bintang. Sebelum masa Regiomontanus, Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum adalah salah satu buku yang sangat berpengaruh bagi perkembangan astronomi di Eropa.
Di dalam buku tersebut, al-Farghani memang mengadopsi sejumlah teori Ptolemaeus, tapi ia mengembangkanya lebih lanjut hingga membentuk teorinya sendiri. Tak heran, Harakat a-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum mendapatkan respon yang positif dari para ilmuwan muslim dan non muslim. Buku ini pun diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris mengalami perubahan judul menjadi The Elements of Astronomy. Pada abad XII, buku ini diterjemahkan pula dalam dua versi bahasa Latin. Salah satunya diterjemahkan oleh John Seville pada tahun 1135, sebelum kemudian direvisi oleh Regiomontanus pada tahun 1460-an. Sebelum tahun 1175, karya ini juga sempat diterjemahkan oleh Gerard Ceremona.

3.jabir batany

Al-Battani lahir pada tahun 858 di Battan, Harran. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Jabir Ibnu Sinan al-Battani. Namun, para penulis abad pertengahan lebih sering menyebutnya dengan nama Albetegni atau al-Batenus.
Ketertarikan al-Battani pada benda-benda langit membuatnya menekuni bidang astronomi. Ia mendapat pendidikan tersebut dari sang ayah, Jabir Ibn San’an al-Battani, yang juga seorang ilmuwan. Dengan kecerdasannya, al-Battani mampu menguasai semua pelajaran yang diberikan ayahnya dan menggunakan sejumlah peralatan astronomi dalam waktu yang cukup singkat. Beberapa waktu kemudian, ia meninggalkan Harran menuju kota Raqqa yang terletak di tepi sungai Eufrat. Di kota ini, ia melanjutkan pendidikan dan mulai melakukan bermacam penelitian, yang kemudian menghasilkan sejumlah penemuan penting yang berguna bagi masyarakat dan pemerintah. Pada tanggal 14 September 786, khalifah Harun al-Rasyid, khalifah kelima Dinasti Abbasiyah, membangun sejumlah istana di kota tersebut sebagai bentuk penghargaannya atas penemuan al-Battani. Usai pembangunan tersebut, kota Raqqa berubah menjadi pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan perdagangan yang ramai.
Sebagai seorang ahli astronomi, al-Battani menghasilkan sejumlah penemuan astronomi yang penting bagi dunia. Ia adalah ilmuwan pertama yang mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan bumi mengelilingi matahari, yaitu 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Angka yang ditunjukkan dalam perhitungannya itu mendekati angka yang dihasilkan para ilmuwan modern saat melakukan penelitian yang sama dengan menggunakan alat yang lebih akurat. Ketika alat astronomi canggih belum ditemukan, al-Battani dikenal telah melakukan penelitian terhadap bermacam benda langit.
Selama 42 tahun, al-Battani terus melakukan penelitian semacam itu dan menghasilkan sejumlah penelitian yang mengagumkan. Ia menemukan garis bujur terjauh matahari mengalami pengingkatan 16,470 sejak perhitungan yang dilakukan Ptolomeus beberapa abad sebelumnya. Hal ini kemudian menghasilkan satu penemuan penting tentang gerak lengkung matahari. Al-Battani juga bisa menentukan kemiringan ekliptik, panjang musim, dan orbit matahari secara akurat. Ia bahkan berhasil menemukan orbit bulan dan planet, dan menetapkan Teori Kemunculan Bulan Baru. Pada tahun 1749, penemuan al-Battani mengenai garis lengkung bulan dan matahari digunakan Dunthorne untuk menentukan gerak akselerasi bulan.

4.Abu Ja’far Muhammad

Nama lengkapnya adalah Abu Ja'far Muhammad bin Jari At-Tabari, beliau lebih dikenal dengan nama at-Tabari atau Ibnu Jarir at-Tabari, beliau seorang sejarahwan dan ahli tafsir terkemuka kelahiran kota Amul, Tabaristan (di Iran) pada tahun 225 Hijriyah atau 839 sesudah Masehi. Kota Amul tersebut merupakan tempat berkembangnya kebudayaan Islam, namun ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kota Baghdad.
Di kota Baghdad, ia pernah ditunjuk menjadi hakim, tetapi ia menolaknya. Lalu, pemerintah juga pernah memintanya menjadi hakim yang menangani perkara-perkara kezaliman para pejabat. Namun, ia pun tetap menolaknya.
Pada saat berusia kurang lebih 85 tahun, beliau wafat di kota Baghdad, tepatnya pada tahun 310 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 923 sesudah Masehi.
Sebagian besar hidupnya di isi dengan mengajar dan menulis. Salah seorang muridnya, yakni Ibnu Kumail, menjelaskan bagaimana gurunya membagi waktu setiap ahri. Pagi sampai siang hari digunakannya untuk menulis. Di dalam satu hari beliau sanggup menulis 40 halaman karya ilmiah. Adapun pada sore hari, ia memberi pelajaran al-Qur'an dan tafsir di mesjid. Lalu, selepas maghrib ia memberikan pelajaran ilmu fikih.
Untuk melanjutkan sekolahnya ke pusat-pusat studi Islam, at-Tabari pertama kali berangkat ke kota Rayy, Iran. Setelah itu ia pindah ke kota Baghdad untuk menemui Imam Ahmad bin Hanbal. Namun sebelum ia sampai ke kota tersebut, Imam Hanbali meninggal dunia (241 H/855 M). Lalu, ia pergi ke kota Wasit dan Basrah untuk mengikuti beberapa kuliah. Setelah itu beliau melanjutkan perjalanan ke kota kota Kufah untuk mendalami hadis dan ilmu-ilmu yang terkait dengannya.
Kemudian beliau kembali ke kota Baghdad untuk belajar ilmu-ilmu al-Qur'an dan fikih, khususnya fikih Syafi'i. Pada tahun 253 H/867 M, beliau pergi ke kota Fustat, Mesir, dan singgah di Suriah untuk belajar ilmu hadis. Setelah itu, ia kembali lagi ke kota Baghdad dan berhasil menulis berbagai karya monumental yang tetap banyak digunakan sampai saat ini.
Kitab tafsirnya yang paling terkenal adalah kitab Jami' al-Bayan Fi tafsir al-Qur'anatau lebih di kenal dengan nama kitab Tafsir at-Tabari. Kitab itu berorientasi pada permasalahan tafsir hukum (fiqih), karena ia juga terkenal sebagai seorang fuqaha lewat karyanya Iktilaf al-Fuqaha' (perbedaan pendapat para ulama).

5.Ibnu Sina

Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.
Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.
Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;
“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.
Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.

Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit.
               
6.Ibnu Miskawaih

Nama Lengkapnya adalah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Yaqub Ibn Miskawaih, adalah seorang filosof muslim yang di anggap mampu memadukan dua tradisi pemikiran Yunani dan Islam, di samping juga ahli dalam filsafat Romawi, India, Arab, dan Persia, yang memusatkan perhatiannya pada filsafat etika Islam, meskipun sebenarnya Ibnu Miskawaih adalah seorang dokter, sejarawan dan ahli bahasa.[T.J.De Boer, Tarikh al –Falsafah fi al-islam. Terjemah Muhd. Abd al-Hadi Abu Ridah.Kairo Maktabah al-Nahdlah al-Mishriyyah. Tt. hlm 73] Ia lahir pada tahun 320 H/932 M di Rayy (Teheran Iran) dan meninggal di Istafhan pada tanggal 9 Shafar tahun 412 H/16 Februari 1030 M, Ibnu Miskawaih hidup pada masa pemerintahan dinasti Buwaihiyyah (320-450 H/932-1062 M) yang besar pemukanya bermazhab Syi‟ah. Latar belakang pendidikannya tidak diketahui secara rinci, cuma sebagian antara lain terkenal mempelajari sejarah dari Abu Bakar Ahmad Ibn Kamil al-Qadhi, mempelajari filsafat dari Ibn al-Akhmar dan mempelajari kimia dari Abi Thayyib.
Dalam bidang pekerjaan tercatat bahwa pekerjaan utama Ibn Miskawaih adalah bendaharawan, sekretaris, pustakawan, dan pendidik anak para pemuka dinasti Buwaihiyyah. Keahlian Ibnu Miskawaih dibuktikan dengan karya tulisnya berupa buku dan artikel. Pokok-pokok pemikiran filsafat etika Ibn Miskawaih secara terperinci dipaparkan dalam karya monumentalnya Tahdzib al-al-Akhlaq wa Tathhir al-A`raq. Karya ini terdiri dari tujuh bab yang secara sistematis dimulai dengan pembahasan tentang jiwa; pada bab dua, tentang fitrah manusia dan asal usulnya bab tiga, yang merupakan bagian utama akhlak, membicarakan keutamaan, terutama membicarakan tentang kebaikan dan kebahagiaan; bab keempat, tatkala membicarakan keadilan dia mengikuti ethics Aristoteles, bab kelima membahas persahabatan dan cinta kembali mengikuti Aristoteles. Pada bab keenam dan ketujuh membahas pengobatan ruhani dan dia mengikuti Muhammad Ibnu Zakaria al-Razi dalam kitab “ al-Tibb al-Ruhani” dan Ibnu Miskawaih menggunakan istilah yang hampir sama, Tibb al-Nufus. Dalam kitab ini membahas hal yang berkaitan dengan berbangga diri, susah dan takut mati serta penyembuhan penyakit jiwa yang oleh al-Kindi di tulis sebuah penjelasan tentang menolak kesedihan. [F M.M. Syarif (ed) A. History of Muslim Philoshopy, Waesbaden: Otto Harrosowitz, 1963, Vol. I hlm 90-96]. Jumlah buku dan artikel yang berhasil ditulis oleh Ibnu Miskawaih ada 41 buah. Semua karyanya tidak luput dari kepentingan pendidikan akhlak (Tahzib al-Akhlak), diantara karyanya adalah: al-Fauz al-Akbar, Al-Fauz al-Asghar (tentang metefisika: ketuhanan, jiwa dan kenabian)dan masih banyak yang lainnya.

7.Ibnu Al-Haitham

Di kalangan cerdik pandai Barat, beliau dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu Haitham dilahirkan di Basrah pada tahun 354H/965 Masehi. Beliau memulai pendidikan di Basrah sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah di tanah kelahirannya. Setelah beberapa lama berkhidmat dengan pihak pemerintah, beliau kemudian merantau keAhwaz dan Baghdad. Di perantauan, beliau melanjutkan pendidikannya dan menumpukan perhatian pada aktivitas penulisan.
Kecintaan beliau pada ilmu telah membawanya berhijrah menuju Mesir. Di sana beliau melakukan beberapa pekerjaan penelitian tentang aliran dan saluran SungaiNil serta menyalin buku-buku tentang matematika dan falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang tambahan dalam menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar.
Hasil dari usahanya, beliau menjadi seo­rang yang sangat mahir di bidang sains, falak, mate­matik, geometri, pengobatan, dan falsafah. Tulisannya mengenai mata, menjadi salah satu rujukan  penting dalam bidang ilmu sains di Barat. Malahan kajiannya mengenai pengobatan mata telah menjadi asas pada ilmu pengobatan modern tentang mata.
Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penelitian. Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberi ilham kepada ahli sains Barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop dan teleskop. Beliau merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya.
Beberapa buah buku tentang cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, antara lain Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.
Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila mata­hari berada di garis 19o di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila mata­hari berada di garis 19oufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah berhasil menerangkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya. ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar, dari situ ditemukanlah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia.

8.Ali bin Abbas

Di Eropa, Ali bin Abbas lebih dikenal dengan nama Haly Abbas. Ia adalah seorang dokter yang brilian pada masanya.
Jika Qanun dianggap sebagai "Kitab Suci Kedokteran" sekaligus karya terbaik Ibnu Sina karena berisi pembahasan tentang seni bedah dan penyembuhan luka maka Kamil al-Sina'a adalah sebuah buku legendaris karya Ali Abbas Majusi yang mengulas tentang ilmu bedah hingga ke intinya. Buku ini sangat spektakuler karena terdiri dari 110 bab. Dalam Kamil al-Sina'avolume 10, Ali Abbas melengkapinya dengan menambahkan sebuah teori khusus mengenai terapi pembedahan, padahal ilmu tersebut masih kurang diminati di dunia ilmu pengetahuan Islam masa itu. Ilmu jenis ini muncul pertama kali dalam bentuk terjemahan literatur berbahasa Arab pada abad IX, sebelum kemudian memasuki Eropa pada abad pertengahan. Kerja keras, kecerdasan, dan prestasi Ali Abbas akhirnya didengar oleh Amir Adud Daulah, seorang khalifah keturunan Buwaihi yang memerintah di Baghdad. Sang khalifah segera meminta Ali Abbas menulis sesuatu yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai jawaban, Ali Abbas pun membuat sebuah karya penting di bidang kedokteran, yang kemudian dipersembahkannya untuk sang khalifah. Karya tersebut berjudulKamil al-Sina'a atau Kamil al-Maliki.
Di kemudian hari, para penerjemah bahasa Latin abad pertengahan menerjemahkan karya tersebut menjadiLiber Regius atau Liber Regalis. Buku bersejarah ini kembali menjadi sorotan dalam sejarah kedokteran sebab isinya dianggap hampir mirip dengan Liber Pantegni. Buku itu pun menjadi buah bibir di kalangan para ilmuwan. Namu, pada akhirnya Liber Regalis dianggap sebagai buku ajar utama yang paling lengkap di bidang kedokteran.
Pada tahun 1492, karya Ali Abbas tersebut dicetak ulang di Venice, lalu di Lyons pada tahun 1523. Adapun bab khusus mengenai pembedahan sebenarnya telah diterjemahkan oleh Constantin, seorang ilmuwan Afrika, pada abad XI, dan sudah diajarkan di berbagai perguruan tinggi di Salermo. Sementara itu, Kamil al-Sina'a versi Arab dicetak ulang di Kairo pada tahun 1297.
Diperkirakan, Ali al-Abbas wafat antara tahun 982 - 995.

9.Al-Razi

Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930. Beliau lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Di awal kehidupannya, al-Razi begitu tertarik dalam bidang seni musik. Namun al-Razi juga tertarik dengan banyak ilmu pengetahuan lainnya sehingga kebanyakan masa hidupnya dihabiskan untuk mengkaji ilmu-ilmu seperti kimia, filsafat, logika, matematika dan fisika.
beliau adalah orang yang pertama mampu menghasilkan asam sulfat serta beberapa asam lainnya serta penggunaan alkohol untuk fermentasi zat yang manis.


Beberapa karya tulis ilmiahnya dalam bidang ilmu kimia yaitu:

* Kitab al Asrar, yang membahas tentang teknik penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya.
* Liber Experimentorum, Ar-Razi membahas pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan dan mineral, yang menjadi cikal bakal kimia organik dan kimia non-organik.
* Sirr al-Asrar:
o lmu dan pencarian obat-obatan daripada sumber tumbuhan, hewan, dan galian, serta simbolnya dan jenis terbaik bagi setiap satu untuk digunakan dalam rawatan.
o Ilmu dan peralatan yang penting bagi kimia serta apotek.
o Ilmu dan tujuh tata cara serta teknik kimia yang melibatkan pemrosesan raksa, belerang (sulfur), arsenik, serta logam-logam lain seperti emas, perak, tembaga, timbal, dan besi.
Menurut H.G Wells (sarjana Barat terkenal), para ilmuwan muslim merupakan golongan pertama yang mengasas ilmu kimia. Jadi tidak heran jika sekiranya mereka telah mengembangkan ilmu kimia selama sembilan abad bermula dari abad kedelapan maseh
           Beberapa ilmuwan barat berpendapat bahwa beliau juga merupakan penggagas ilmu kimia modern. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya tulis maupun hasil penemuan eksperimennya.

10.Abu Ali Al-Hasan Al-Mawardi

Namanya ialah Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al-Basri, al-Syafie.
1 Para ahli sejarah dan tabaqat mengelarkannya dengan gelaran al-Mawardi, Qadi al-Qudat, al-Basri dan al-Syafie.
2 Al-Mawardi dinisbahkan kepada air mawar. (ma’ul wardi) kerana bapa dan datuknya adalah penjual air mawar.
3 Qadi Qudat disebabkan beliau seorang ketua kadi alim dalam bidang feqah. Gelaran ini diterima pada tahun 429 hijrah.
4 Gelaran al-Basri ialah kerana beliau lahir di Basrah. Sementara nama penggantinya (nama kinayah) ialah Abu Hassan.
                Imam al-Mawardi dilahirkan di Basrah pada tahun 364 hijrah bersamaan pada tahun 974 masehi. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang sememangnya cinta kepada ilmu pengetahuan. Keluarga beliau sentiasa mengambil berat mengenai pendidikan dan pengajiannya. Sejak kecil lagi beliau diajar al-Quran, al-Hadis, Feqah, Usul dan lain-lain dari ilmu Syariat. Di peringkat awalnya, ia mendapat bimbingan daripada Abu Qasim al-Syaimiri, seorang ulama Basrah yang terkenal ketika itu dalam bidang feqah.1 Beliau mendengar ilmu hadis daripada beberapa ulama terkenal seperti Hasan bin Ali al-Jayli, Muhamad bin Ma’ali al-Azdi, Muhamad bin ‘Adi al-Munqari.2 Al-Mawardi mengambil ilmu kesusasteraan bahasa Arab dari Syeikh Abu Muhamad al-Baqi di samping berguru dengan Syeikh Abu Hamid Isfarayni.Sejarah telah menunjukkan bahawa al-Mawardi pernah dilantik memegang jawatan kadi di beberapa buah negeri seperti di Kurat, di negeri Naisaburi sehingga beliau digelar Qadi al-Qudha. Namun demikian sesetengah ulamak seperti Abu Taib al-Tabari dan Syaimiri tidak bersetuju dengan gelaran ini. Walau bagaimanapun gelaran ini terus dikekalkan oleh sebahagian ulama yang lain pada masa itu. Buktinya gelaran itu masih lagi dikaitkan dengan namanya sehinggalah beliau wafat dan gelaran itu masih kekal sehingga ke hari ini.
                Al-Mawardi mempunyai peranan yang penting dalam pemerintahan kerajaan pada masa itu. Beliau sentiasa berkecimpung dalam politik pemerintahan dengan menjadi utusan raja untuk mengambil bai’ah dari rakyat. Ini berlaku ketika kematian al-Qadirul-Allah pada tahun 422 hijrah. 

11. Jabir Ibnu Hayyan

Jabir Ibnu Hayyan adalah salah satu ilmuwan yang dianggap paling pantas menyandang gelar ahli kimia Arab pada masa awal perkembangannya.
Abu Abdullah Jabir bin Hayyan al-Kufi as-Sufi adalah nama lengkap Jabir Ibnu Hayyan. Ia lahir pada tahun 721 dan dibesarkan dalam keluarga dokter. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Jabir adalah keturunan Yunani yang memeluk agama Islam.
Nama Ibnu Hayyan dikenal sebagai ahli kimia setelah ia mempresentasikan sejumlah metode riset kimia hasil penemuannya. Ia pun dianggap sebagai perintis empirisme dan metodologi ilmiah. Ia mampu mengemukakan pandangan-pandangannya tentang teori pembentukan geologis, hasil campuran bermacam logam. Ia juga telah mempelajari dan mendalami proses pembuatan karbonat dan senyawa-senyawa sulfida dan arsen. Selain itu, Ibnu Hayyan juga sering melakukan usaha pemurnian logam, cat warna kain, kulit, dan sebagainya.
Demi menunjang aktifitasnya sebagai ilmuwan, Ibnu Hayyan mendirikan sebuah laboratorium. Di tempat ini, ia melakukan sejumlah percobaan, seperti sublimasi, penyaringan, kristalisasi, dan sebagainya. Menurut Ibnu Hayyan, percobaan adalah aspek paling penting dalam kimia. Jika seseorang tidak dapat meletakkan dasar pengetahuan melalui percobaan maka kemungkinan besar ia akan melakukan kesalahan. Ia juga berkata bahwa sebuah teori kimia tidak dapat diakui kebenarannya jika hanya didasarkan pada apa yang telah dibaca, tapi terlebih dulu harus diuji dan dibuktikan kebenarannya melalui serangkaian percobaan dan penelitian.
Selain menulis esai, Ibnu Hayyan juga menulis literatur. Jumlah literatur karyanya sangat banyak dan mewakili hampir semua bidang ilmu pengetahuan yang ada pada masa itu hingga akhir abad VII. Dari sejumlah fakta yang ada, diketahui bahwa kumpulan tulisan tersebut dibuat pada akhir abad IX dan awal abad X.
Atas jasa dan karyanya di bidang kimia, Jabir Ibnu Hayyan mendapat gelar Bapak Kimia Islam Pertama. Ia tidak hanya terkenal di negeri kelahirannya, tapi juga di wilayah lain, seperti Eropa. Di sana, ia lebih dikenal dengan nama Geber. Ibnu Hayyan adalah ilmuwan pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam aktivitasnya di bidang alkemi, yang kemudian dikembangkan menjadi ilmu kimia seperti yang dikenal sekarang. Jabir Ibnu Hayyan juga dikenal sebagai orang pertama yang mendirikan laboratorium dan menggunakan tungku sebagai tempat mengolah mineral, mengekstraksi zat-zat, sebelum kemudian mengklasifikasikannya.
               
12.Ibnu Al-Baithar

Nama lengkap Ibnu Al-Baithar adalah Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin al-Baitar Dhiya al-Din al-Malaqi. Ia adlah salah seorang ilmuwam Muslim tebaik yang pernah ada, juga ahli botani & farmasi. Al-Baitar di lahirkan pada akhir abad XII di kota Malaga, spanyol.
                Minat Ibnu al-Baitar pada tumbuh-Tumbuhan sudah tampak sejak kecil. Ia sangat menyukai tumbuhan, ketika beranjak dewasa, Ibnu al-Baitar berguru pada Abu al-Abbas al-Nabati, seorang ahli botani & farmasi yang terkenal pada masa itu. Setamat menuntut ilmu, al-Baitar memutuskan untuk mulai berkelana.
Pada tahun 1219, Ibnu al-Baitar mengikuti sebuah ekspedisi yang mengharuskannya meninggalkan Spanyol. Bersama rekan-rekannya, ia melakukan perjalanan dari suatu daerah ke daerah lain untuk mengumpulkan beragam jenis tumbuhan. Mereka menyusuri daerah sepanjang pantai utara Afrika & Asia Timur jauh. Selain itu, mereka juga menyinggahi beberapa kota, seperti Konstantinopel, Tunisia, Tripolli, Barqa, & Adalia
Setalah tahun 1224. Ibnu Al-Baitar bekerja pada seorang Gubernur Mesir bernama al-Kamil. Ia dipercaya memegang jabatan sebagai kepala ahli tumbuhan obat. Pada tahun 1227, saat al-Kamil melakukan perjalanan dalam rangka memperluas kekuasaannya hingga Damaskus, ia juga membawa serta Ibnu al-Baitar. Segera saja, kesempatan itu dimanfaatkan oleh Ibnu al-Baitar untuk mengumpulkan berbgai jenis tumbuhan yang ditemuinya di sepanjang perjalanan. Ketika mereka menetap di Suriah selama beberapa tahun, Ibnu Al-Baitar berkesemptan mengadakan penelitian di suatu wilayah yang sangat luas, temasuk Saudi Arabia & Palestina.
                Sebagian besar buku karya Ibnu al-Baitar berasal dari hasil penelitiannya selama beberapa tahun terhadap berbagai jenis tumbuhan. Tak hanya berisi hasil penelitian, buku tersebut juga di lengkapi penjelasan & komentar panjang. Di kemudian hari, karya-Karya Ibnu al-Baitar menjadi buku rujukan ilmu botani yang sangat penting. Kontribusi Ibnu al-Baitar tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ilmu botani & kedokteran selanjutnya, baik di Eropa maupun Asia. Karya Ibnu al-Baitar yang paling tekenal adalah al-Jami fi al-Adawiya al-Mufrada. Karya ini dianggap sebagai buku ilmu botani paling lengkap dalam kaitannya dengan ilmu pengobatan Arab. Kitab ini menjadi rujukan para ahli tumbuhan & obat-obatan hingga abad XVI.


13.Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi

Nama Asli dari al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-Khawarizmi dikenal di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi. Beliau dilahirkan di Bukhara.Tahun 780-850M adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi. al-Khawarizmi telah wafat antara tahun 220 dan 230M. Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9M. Sumber lain menegaskan beliau hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M di Baghdad.
 Beliau telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangen dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat belajar matematika dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan khalifah. Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam. Beliau juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin. Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab. Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematika dan menghasilkan konsep-konsep matematika yang begitu populer yang masih digunakan sampai sekarang.
 Sumbangsihnya dalam bentuk hasil karya diantaranya ialah :
1. Al-Jabr wa’l Muqabalah : beliau telah mencipta pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan      trigonometri dan astronomi.
2.Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Beliau
3.Sistem Nomor : Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam sistem Nomor pada zaman sekarang. Karyanya yang satu ini memuat Cos, Sin dan Tan dalam penyelesaian persamaan trigonometri , teorema segitiga sama kaki dan perhitungan luas segitiga, segi empat dan lingkaran dalam geometri.
Kepribadian al-Khawarizmi telah diakui oleh orang Islam maupun dunia Barat. Ini dapat dibuktikan bahawa G.Sarton mengatakan bahwa“pencapaian-pencapaian yang tertinggi telah diperoleh oleh orang-orang Timur….” Dalam hal ini Al-Khawarizmi. Tokoh lain, Wiedmann berkata…." al-Khawarizmi mempunyai kepribadian yang teguh dan seorang yang mengabdikan hidupnya untuk dunia sains".

14.Tsabit Ibnu Qurrah Al-Hirany

Tsabit bin Qurrah lahir pada tahun 833 di Haran, Mesopotamia. Ia dikenal sebagai ahli geometri terbesar pada masa itu. Tsabit merupakan salah satu penerus karya al-Khawarizmi. Beberapa karyanya diterjemahkan dalam bahasa Arab dan Latin, khususnya karya tentang Kerucut Apollonius. Tsabit juga pernah menerjemahkan sejumlah karya ilmuwan Yunani, seperti Euclides, Archimedes, dan Ptolomeus.
Karya orisinal Archimedes yang diterjemahkannya berupa manuskrip berbahasa Arab, yang ditemukan di Kairo. Setelah diterjemahkan, karya tersebut kemudian diterbitkan di Eropa. Pada tahun 1929, karya tersebut diterjemahkan lagi dalam bahasa Jerman. Adapun karya Euclides yang diterjemahkannya berjudul On the Promises of Euclid; on the Propositions of Euclid dan sebuah buku tentang sejumlah dalil dan pertanyaan yang muncul jika dua buah garis lurus dipotong oleh garis ketiga. Hal tersebut merupakan salah satu bukti dari pernyataan Euclides yang terkenal di dunia ilmu pengetahuan. Selain itu, Tsabit juga pernah menerjemahkan sebuah buku geometri yang berjudulIntroduction to the Book of Euclid.
Tsabit bin Qurrah juga pernah menulis sejumlah persamaan pangkat dua (kuadrat), persamaan pangkat tiga (kubik), dan beberapa pendalaman rumus untuk mengantisipasi perkembangan kalkulus integral. Selain itu, ia melakukan sejumlah kajian mengenai parabola, sebelum kemudian mengembangkannya. Dalam bukunya yang berjudul Quadrature of Parabola, ia menggunakan bentuk hitungan integral untuk mengetahui sebuah bidang dari parabola.
Selain mahir matematika, Tsabit juga ahli astronomi. Ia pernah bekerja di Pusat Penelitian Astronomi yang didirikan oleh Khalifah al-Ma’mun di Baghdad. Selama bekerja di sana, Tsabit meneliti gerakan sejumlah bintang yang disebut Hizzatul I’tidalain, yang ternyata mempengaruhi terjadinya gelombang bumi setiap 26 tahun sekali. Sejak 5000 tahun yang lalu, para ahli perbintangan Mesir telah menemukan sebuah bintang yang bergerak mendekati Kutub Utara, yang disebut Alfa al-Tanin. Pada tahun 2100 nanti, bintang tersebut akan menjauhi Kutub Utara. Pada tahun 14000, akan muncul kembali sebuah bintang utara yang bernama an-Nasr. Bintang tersebut adalah bintang utara yang paling terang.

15.Al-Mas’udi

     Al-Mas’udi dikenal sebagai sejarawan dan ahli geografi Arab. Ia dilahirkan di Baghdad, Irak, pada akhir abad XIX. Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali bin Husein Ibnu Ali Mas’udi. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, al-Mas’udi tertarik mempelajari sejarah dan adat-istiadat masyarakat suatu tempat. Hal inilah yang mendorongnya untuk mengembara dari satu negeri ke negeri lain, mulai dari Persia, Istakhr, Multan, Manura, Ceylon, Madagaskar, Oman, Caspia, Tiberias, Damaskus, Mesir, dan berakhir di Suriah. Dalam pengembaraannya, al-Mas’udi mempelajari ajaran Kristen dan Yahudi, serta sejarah negara-negara Barat dan Timur.
Kitab Akhbar az-Zaman adalah salah satu karya al-Mas’udi yang terdiri dari tiga puluh jilid. Buku ini berisi uraian sejarah dunia. Karya lainnya adalah Kitab al-Ausat, yang berisi kronologi sejarah umum. Pada tahun 947, kedua karya tersebut digabungkan menjadi satu dalam sebuah buku yang berjudul Muruj adz-Dzahab wa Ma’adin atau Meadows of Gold and Mines of Precious Stones (Padang Rumput Emas dan Tambang Batu Mulia). Pada tahun 956, karya ini direvisi kembali dan diberikan sejumlah tambahan oleh penulisnya.
Muruj adz-Dzahab wa Ma’adin dianggap sebagai buku yang memberikan dasar-dasar teori evolusi. Dengan pertimbangan tersebut, buku ini diterbitkan kembali di Kairo (1866) dan diterjemahkan dalam bahasa Perancis oleh C.B. de Maynard dan P. de Courteille. Hasil terjemahan itu kemudian dibagi menjadi sembilan jilid dan dicetak di Paris (1861-1877). Buku jilid pertama sempat diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh A. Sprenger dan dicetak di London.
Selain Muruj adz-Dzahab wa Ma’adin, karya al-Mas’udi lainnya adalah Kitab at-Tanbih wa al-Isyraf (Book of Indication and Revision), yaitu sebuah buku yang berisi ringkasan koreksi terhadap tulisannya yang lain. Buku ini juga memaparkan garis besar pandangan filsafat al-Mas’udi tentang alam dan sejumlah pemikiran evolusinya. Di kemudian hari, buku ini diedit oleh M.J. de Geoje, sebelum kemudian diterjemahkan dalam bahasa Perancis oleh Carra de Vaux pada tahun 1896.
Al-Mas’udi meninggal dunia pada tahun 956.

16.Ibnu Sa’ad

Nama sebenarnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin sa’ad bin Mani’ al-Quraisy al Bashri al Baghdadi, ia seorang imam penghapal hadits dan seorang ahli fiqh sejarah yang terpercaya ( Tsiqah ), ia dilahirkan di Bashrah pada tahun 168 H.
Ibn Sa’ad merupakan tipologi ulama ahli hadis yang memiliki kepedulian dan perhatian yang besar terhadap sejarah Nabi dan umat Islam. Studi dan kajiannya mencerminkan usahanya dalam mencari, mengumpulkan dan merekonstruksi semua berita dari pendahulunya. Banyak ulama yang mengakui kredibilitas dan kapabilitas keilmuan dan keutamaan Ibn Sa’ad.
Ibn Sa’ad memiliki gelar kehormatan yang banyak. Ia adalah seorang al-Hafiz, al-‘Allamah, al-Hujjah, al-Tsiqah dan lain sebagainya. Ini membuktikan keilmuan Ibn Sa’ad yang luas, baik itu ilmu Sejarah maupun Hadits; meliputi pelacakan dan periwayatannya, keghariban dan pemahamannya. Ia mengetahui berita-berita Nabi Muhammad  dan orang-orang sesudah mereka. Disamping itu Ibnu Sa’ad adalah seorang yang saleh, ia selama 60 tahun berpuasa seperti Nabi Daud, yaitu sehari puasa dan sehari lagi tidak.
Ia meriwayatkan hadits dari Muhammad bin Umar al Waqidy, Ibnu Ulaiyah, Sufyan bin Uyainah, Yazid bin Harun al Washiti, Ubaidullah bin Musa al Abbasy dan Abu Nu’aim al Fadhal, Ibnu Dikkin al Kufiyah dan dari ulama ulama di Bashrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Makkah, Madinah, Syam, Yaman, Mesir, dan lain lainnya.
Diantara orang yang meriwayatkan hadits daripadanya adalah Musa’ab az Zubairiy, al Harits Muhammad bin Abi Usamah pengarang musnad, Ahmad Ibnu Ubaid al Hasyimy, Ahmad bin Yahya bin Jarir al Balazdariy Pengarang kitab Futuhul Buldan, Abu Bakar Abdullah bin Muhammad terkenal dengan nama Ibnu Abud Dunya dan al Husain bin Muhammad yang meriwayatkan al-Thabaqat al-Kubra daripadanya.
Diantara kitabnya yang terkenal adalah al-Thabaqat al-Kubra, yang didalamnya dijelaskan kisah kisah nabi nabi terdahulu istimewa Nabi kita Muhammad saw sebagai pendahuluan bagi sejarah sejarah rasul dan peperangan peperangan yang beliau lakukan diterangkan dalam Sirah Nabawiyah, setelah itu barulah diterangkan Thabaqat para Sahabat, Tabi’in dan orang orang sesudah mereka sampai kepada masa Ibnu Sa’ad sendiri.
Hanya saja tidak semua riwayat yang terdapat didalamnya kuat, ada yang diantaranya Maqtu’ atau Mursal, namun demikian kitab itu menjadi sumber pegangan bagi para ulama ulama yang datang kemudian.

17.Ibnu Qoyyim

Nama, lengkap beliau adalah Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyub bin Sa'ad bin Harits Az Zar'i (M. Al-Anwar As-Sanhuti', 2001: 17). Dalam buku “Manhaj Tarbiyah Ibnu Qoyyim” dikatakan bahwa nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyub bin Sa'ad bin Harits Az Zar'i Ad-Dimasqy, laqob-nya adalah Syamsudin. Kunyahnya adalah Abu Abdillah al-Jauziyah (Hasan bin Ali Al-Hijazy, 2001:1).
Beliau lahir dan wafat di Damaskus. Dilahirkan pada, tanggal 6 Shafar 691 H/29 Januari 1292 M dan meninggal pada tanggal 23 Rajab 751 H/26 September 1350 M.
Ayahnya bermama Abi Bakr bin Ayyub Az Zar'i pengelola madrasah Al-Jauziyah di Damaskus.
Kitab-kitab karangan Ibnu Qoyyim banyak sekali diantaranya:
·       Dalam Bidang Fiqh:
-    I’lam al-Muwa’qi’in ‘An Rabbil ‘Alamin
-    Al-Thuruq Al-Hukmiyah fi Al-Siyasat Al-Syai’ah
-    Ahkamu Ahlu Al-Zimmah
-    Ighasta Al-Lahfan, dan lain-lain
·       Dalam Bidang Ilmu Kalam:
-    Al-Kafiyah Al-Syafiyah fil Ihtisharlil Farq Al-Nafiyah
-    Al-Syifa Al-‘Aqil fi Masaili Al-Qadha wal Qadr wal Hikmah
-    Al Ruh, dan lain-lain
·       Dalam Bidang Tasawuf:
-    Madarij Al-Salikin Baina Manazil Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in
-    Raudhah Al-Muhibbin wa Nuzhatul Mustaqim
-    Al-Jawab Al-Kafi Iiman Sa’ala An Al-Dawa Al-Syafi, dan lain-lain

18.Imam Ibnu Majah

Nama sebenarnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i al-Qazwini dari desa Qazwin, Iran. Lahir tahun 209 dan wafat tahun 273. Beliau adalah muhaddits ulung, mufassir dan seorang alim. Beliau memiliki beberapa karya diantaranya adalah Kitabus Sunan, Tafsir dan Tarikh Ibnu Majah.
Ia melakukan perjalanan ke berbagai kota untuk menulis hadits, anatara lain Ray, Basrah, Kufah, Baghdad, Syam, Mesir dan Hijaz.
Ia menerima hadit dari guru gurunya antara lain Ibn Syaibah, Sahabatnya Malik dan al-Laits. Abu Ya’la berkata,” Ibnu Majah seorang ahli ilmu hadits dan mempunyai banyak kitab”.
Beliau menyusun kitabnya dengan sistematika fikih, yang tersusun atas 32 kitab dan 1500 bab dan jumlah haditsnya sekitar 4.000 hadits. Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi menghitung ada sebanyak 4241 hadits di dalamnya. Sunan Ibnu Majah ini berisikan hadits yang shahih, hasan, dhaif bahkan maudhu’. Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi mengkritik ada hampir 30 hadits maudhu di dalam Sunan Ibnu Majah walaupun disanggah oleh as-Suyuthi.
Ibnu Katsir berkata,” Ibnu Majah pengarang kitab Sunan, susunannya itu menunjukan keluasan ilmunya dalam bidang Usul dan furu’, kitabnya mengandung 30 Kitab; 150 bab, 4.000 hadits, semuanya baik kecuali sedikit saja”.
Al-Imam al-Bushiri (w. 840) menulis ziadah (tambahan) hadits di dalam Sunan Abu Dawud yang tidak terdapat di dalam kitabul khomsah (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Nasa’i dan Sunan Tirmidzi) sebanyak 1552 hadits di dalam kitabnya Misbah az-Zujajah fi Zawaid Ibni Majah serta menunjukkan derajat shahih, hasan, dhaif maupun maudhu’. Oleh karena itu, penelitian terhadap hadits-hadits di dalamnya amatlah urgen dan penting.  Ia wafat pada tahun 273 H .

19.Imam Ghazali

Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H atau 1058 M. Ayahnya seorang pemintal wool, yang selalu memintal dan menjualnya sendiri di kota itu. Al-Ghazali mempunyai seorang saudara. Ketika akan meninggal, ayahnya berpesan kepada sahabat setianya agar kedua putranya itu diasuh dan disempurnakan pendidikannya setuntas-tuntasnya. Sahabatnya segera melaksanakan wasiat ayah al-Ghazali. Kedua anak itu dididik dan disekolahkan, setelah harta pusaka peninggalan ayah mereka habis, mereka dinasehati agar meneruskan mencari ilmu semampu-mampunya.
 Imam Ghazali memang orang yang cerdas dan sanggup mendebat segala sesuatu yang tidak sesuai dengan penalaran yang jernih hingga Imam al-Juwaini sempat memberi predikat beliau itu sebagai orang yang memiliki ilmu yang sangat luas bagaikan "laut dalam nan menenggelamkan (bahrun mughriq)". Ketika gurunya meninggal dunia, al-Ghazali meninggalkan Nisabur menuju ke istana Nidzam al-Mulk yang menjadi seorang perdana menteri Sultan Bani Seljuk. Karena kehebatan ilmunya, akhirnya pada tahun 484 atau 1091 Nidzam al-Mulk mengangkat Imam Ghazali sebagai guru besar di Universitas yang didirikannya di Baghdad.
Di tengah-tengah kesibukannya mengajar di Baghdad, beliau masih sempat mengarang sejumlah kitab sepertiAl-Basith, Al-Wasith, Al-Wajiz, Khulashah Ilmu Fiqh, Al-Munqil fi Ilm al-Jadal (Ilmu Berdebat), Ma'khadz al-Khalaf, Lubab al-Nadzar, Tashin al-Ma'akhidz, dan Al-Mabadi' wa al-Ghayat fi Fann al-Khalaf. Begitu juga di tengah-tengah kesibukan ini, beliau juga belajar berbagai ilmu pengetahuan dan filsafat klasik seperti filsafat Yunani, sebagaimana beliau juga mempelajari berbagai aliran agama yang beraneka ragam yang terkenal di waktu itu. Beliau mendalami berbagai bidang studi ini dengan harapan agar dapat menolongnya mencapai ilmu pengetahuan sejati yang sangat didambakan.
                Setelah empat tahun, beliau memutuskan untuk berhenti mengajar di Baghdad. Lalu ditinggalkannya kota tersebut untuk menunaikan ibadah haji. Setelah itu beliau menuju Syam, hidup dalam Jami' Umawy dengan kehidupan serba penuh ibadah, dilanjutkan pengembaraan ke berbagai padang pasir untuk melatih diri menjauhi barang-barang terlarang (haram), meninggalkan kesejahteraan dan kemewahan hidup, mendalami masalah keruhanian dan penghayatan agama.

20.Imam Syafi’I

Imam Syafi’i bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi’i, lahir di Gaza, Palestina pada tahun 150 Hijriah (767-820 M), berasal dari keturunan bangsawan Qurays dan masih keluarga jauh rasulullah SAW. dari ayahnya, garis keturunannya bertemu di Abdul Manaf (kakek ketiga rasulullah) dan dari ibunya masih merupakan cicit Ali bin Abi Thalib r.a. Semasa dalam kandungan, kedua orang tuanya meninggalkan Mekkah menuju palestina, setibanya di Gaza, ayahnya jatuh sakit dan berpulang ke rahmatullah, kemudian beliau diasuh dan dibesarkan oleh ibunya dalam kondisi yang sangat prihatin dan seba kekurangan, pada usia 2 tahun, ia bersama ibunya kembali ke mekkah dan di kota inilah Imam Syafi’i mendapat pengasuhan dari ibu dan keluarganya secara lebih intensif.
                Saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah. Setahun kemudian, kitab Al Muwatha’ karangan imam malik yang berisikan 1.720 hadis pilihan juga dihafalnya di luar kepala, Imam Syafi’i juga menekuni bahasa dan sastra Arab di dusun badui bani hundail selama beberapa tahun, kemudian beliau kembali ke Mekkah dan belajar fiqh dari seorang ulama besar yang juga mufti kota Mekkah pada saat itu yaitu Imam Muslim bin Khalid Azzanni. Kecerdasannya inilah yang membuat dirinya dalam usia yang sangat muda (15 tahun) telah duduk di kursi mufti kota Mekkah, namun demikian Imam Syafi’i belum merasa puas menuntut ilmu karena semakin dalam beliau menekuni suatu ilmu, semakin banyak yang belum beliau mengerti, sehingga tidak mengherankan bila guru Imam Syafi’i begitu banyak jumlahnya sama dengan banyaknya para muridnya.
                Meskipun Imam Syafi’i menguasai hampir seluruh disiplin ilmu, namun beliau lebih dikenal sebagai ahli hadis dan hukum karena inti pemikirannya terfokus pada dua cabang ilmu tersebut, pembelaannya yang besar terhadap sunnah Nabi sehingga beliau digelari Nasuru Sunnah (Pembela Sunnah Nabi). Dalam pandangannya, sunnah Nabi mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, malah beberapa kalangan menyebutkan bahwa Imam Syafi’i menyetarakan kedudukan sunnah dengan Al Quran dalam kaitannya sebagai sumber hukum islam, karena itu, menurut beliau setiap hukum yang ditetapkan oleh rasulullah pada hakekatnya merupakan hasil pemahaman yang diperoleh Nabi dari pemahamannya terhadap Al Quran. Selain kedua sumber tersebut (Al Quran dan Hadis), dalam mengambil suatu ketetapan hukum, Imam Syafi’i juga menggunakan Ijma’, Qiyas dan istidlal (penalaran) sebagai dasar hukum islam. Diantara karya karya Imam Syafi’i yaitu Al Risalah, Al Umm yang mencakup isi beberapa kitabnya, selain itu juga buku Al Musnadberisi tentang hadis hadis rasulullahyang dihimpun dalam kitab Umm serta ikhtilaf Al hadis.

21.Abu Nawas

Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H (747 M ) di kota Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang), dengan darah dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di tubuhnya. Abu Nawas merupakan seorang pujangga Arab dan dianggap sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Abu Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah Seribu Satu Malam. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan Masa mudanya penuh perilaku kontroversial yang membuat Abu Nawas tampil sebagai tokoh yang unik dalam khazanah sastra Arab Islam. Meski begitu, sajak-sajaknya juga sarat dengan nilai sprirtual, di samping cita rasa kemanusiaan dan keadilan. Abu Nawas belajar sastra Arab kepada Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga belajar Al-Quran kepada Ya'qub al-Hadrami. Sementara dalam Ilmu Hadis, ia belajar kepada Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al-Qattan, dan Azhar bin Sa'ad as-Samman.
      Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, telah memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang kemudian membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama orang-orang Arab Badui untuk memperdalam dan memperhalus bahasa Arab.
Kemudian ia pindah ke Baghdad. Di pusat peradaban Dinasti Abbasyiah inilah ia berkumpul dengan para penyair. Berkat kehebatannya menulis puisi, Abu Nawas dapat berkenalan dengan para bangsawan. Namun karena kedekatannya dengan para bangsawan inilah puisi-puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja dan menjilat penguasa.
Dalam Al-Wasith fil Adabil 'Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan angkatan baru. Namun sayang, karya-karya ilmiahnya justru jarang dikenal di dunia intelektual.

22.Al-Kindi

ABU YOUSUF YAQUB IBN ISHAQ AL-KINDI lahir di Kufah sekitar 800 M. Ayahnya adalah seorang pejabat Haroon al-Rashid. Al-Kindi adalah kontemporer al-Ma’mun, al-Mu’tasim dan al-Mutawakkil dan berkembang sebagian besar di Baghdad. Dia vas dipekerjakan secara formal oleh Mutawakkil sebagai seorang kaligrafer. Karena pandangan filosofisnya, Mutawakkil kesal dengan dia dan menyita semua buku-bukunya. Ini adalah, bagaimanapun, kembali di kemudian hari. Dia meninggal pada 873 Masehi pada masa pemerintahan al-M’utamid.
Al-Kindi adalah seorang filsuf, matematikawan, fisikawan, astronom, dokter, geografi dan bahkan seorang ahli dalam musik. Hal ini mengejutkan bahwa ia membuat kontribusi asli untuk semua bidang. Pada rekening dari karyanya ia dikenal sebagai filsuf Arab.
           Dalam matematika, ia menulis empat buku tentang sistem bilangan dan meletakkan dasar dari sebagian besar aritmatika modern. Tidak diragukan sistem angka Arab sebagian besar dikembangkan oleh al-khawarizmi, tetapi al-Kindi juga membuat kontribusi yang kaya untuk itu. Dia juga memberikan kontribusi untuk geometri bola untuk membantu dirinya dalam studi astronomi.
Dalam kimia, ia menentang gagasan bahwa logam dasar bisa diubah menjadi logam mulia. Berbeda dengan pandangan alkimia yang berlaku, ia tegas bahwa reaksi kimia tidak bisa membawa transformasi elemen. Dalam fisika, ia membuat kontribusi kaya untuk optik geometri dan menulis buku tentang itu. Buku ini kemudian dengan pedoman yang disediakan dan inspirasi bagi ilmuwan terkemuka seperti Roger Bacon.
                pengaruh Al-Kindi tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat signifikan dalam kebangkitan ilmu pengetahuan dalam periode tersebut. Pada Abad Pertengahan, Cardano menganggapnya sebagai salah satu dari dua belas pikiran terbesar. Karya-karyanya, pada kenyataannya, menyebabkan perkembangan lebih lanjut dari berbagai subjek selama berabad-abad, terutama fisika, matematika, kedokteran dan musik.
                Dia adalah seorang penulis yang produktif, jumlah buku yang ditulis oleh dia adalah 241, yang menonjol antara yang dibagi sebagai berikut: Astronomi 16, Aritmatika 11, Geometri 32, Kedokteran 22,Fisika 12, Filsafat 22, Logic 9, Psikologi 5, ar, d Music 7.

23.Imam Sibawaihi

Ilmu Nahwu adalah ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan akhir kata bahasa arab yang berhubungan denganya. Adapun faktor yang mendorong di rumuskanya ilmu Nahwu adalah keinginan adanya fasilitas ilmu yang memadai untuk memahami pesan-pesan agama dalam al-Qur’an dan al Hadits yang berbahasa Arab, Implikasi dari bahasa al Qur’an dan al-Hadits dalam melakukan amal sehari-hari khususnya yang berkaitan dengan praktek kegamaan harus menggunakan bahasa Arab. Di samping itu dalam sejarah hidup para ulama Nahwu kebanyakan dari mereka adalah para ahli Qira’ah, ahli bacaan al Qur’an, yang berkepentingan untuk menjaga otentitas bacaan al Qur’an.
Imam Sibawaih terkenal dengan julukan ‘ajam yang menunjukan bahwa beliau berasal dari Persia. Nama lengkapnya ‘Amr bin ‘Usman Qunbar, lahir di daerah Baidha sebuah desa di negeri persia berdekatan dengan Syiraz pada tahun 148 H bertepatan dengan tahun 765 M. Beliau adalah salah satu murid dari Al-khalil bin Ahmad al Farahidi yang diakui kecerdasan dan kepandaianya dalam masalah Nahwu tentang ‘amil dan ‘awamil yang kemudian oleh beliau di kumpulkan ilmu-ilmu tersebut menjadi Al Kitab. Beliau termasuk ulama yang paling berjasa dalam pengembangan dan penyempurnaan ilmu Nahwu Bashrah.
Di antara para linguis yang turut serta mengembangkan ilmu Nahwu adalah Imam Sibawaih karena di tangan Beliaulah bermacam-macam istilah Nahwu lahir. Kota Bashrah merupakan kota pusat ilmu pengetahuan. Dalam skripsi ini bermaksud untuk meneliti lebih lanjut tentang peran serta karya Imam Sibawaih dan kontribusinya terhadap perkembangan ilmu Nahwu khususnya di Bashrah.
Adalah Sibawaehi (Nama lengkapnya: ‘Amr ibn Utsman Ibn Qunbar [148-180 H./765-795 M.]) pengarang al-Kitâb yang terkenal itu. Julukannya adalah: “Abu Bisyr” tapi orang banyak mengenalnya: “Sibawaehi”. Dalam bahasa Persia, kata Sibawaehi artinya: harum buah apel.Imam pakar Ilmu Nahwu ini dilahirkan di suatu komunitas besar di kota Baidha’, salah satu kota di propinsi Istikhar, Persia (Iran sekarang).
Dalam umur yang relatif dini, Sibawaehi kecil bersama keluarganya hijrah ke kota Bashrah meninggalkan tanah kelahirannya, Baidha’. Dunia metropolitan Bashrah yang menjadi basis keilmuan Islam saat itu merupakan saksi awal keilmuan Sibawaehi dibangun dan ditata. Di situlah tempat ia menuntut ilmu bersama para ulama-ulama terkemuka di zamanya hingga ajal menjemput di usia yang belum terlalu tua, tahun 180 H. Ia menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang di kota Ahwaz, Iran.

24.Muhammad bin Ishaq (Ibnu Ishaq)

Muhammad bin Ishaq atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Ishaq (wafat tahun 151 H) merupakan salah satu murid dari Az-Zuhri. Selain penulis kitab Sirah, ia pun dikenal sebagai penulis kitab Maghazi (kisah-kisah peperangan).
Kitab Sirah yang ditulis oleh Ibnu Ishaq yang sampai pada kita adalah berjudul Sirah Ibnu Hisyam yang merupakan mukhtashar/ringkasan dari Sirah Ibnu Ishaq.
Menurut para ulama muhaqqiq, riwayat-riwayat yang ada dalam kitab Sirah Ibnu Ishaq, berisi hadits-hadits hasan yang bercampur dengan hadits-hadits dla’if. Riwayat-riwayat yang ia bawakan tidaklah sampai pada derajat shahih, namun hanya sampai pada derajat hasan saja dengan syarat ia menyatakan secara terang (sharih) penyimakan haditsnya[1] karena ia seorang perawi mudallis.
Ibnu ‘Ady berkata :
وقد فتشت أحاديثه فلم أجد في أحاديثيه ما يتهيأ أن يقطع عليه بالضعف، وربما أخطأ أو يهم، كما يخطيء غيره، ولم يتخلف في الرواية عنه الثقات والأئمة وهو لا بأس به
“Saya telah meneliti hadits-haditsnya, dan saya tidak melihat ada hadits-hadits yang pasti kedla’ifannya. Terkadang ia melakukan kesalahan, sebagaimana yang juga dilakukan oleh orang lain; selama tidak ada penyelisihan riwayat darinya dari kalangan perawi yang terpercaya dan para imam, maka riwayatnya tidak masalah (dapat diterima)”.
Hal ini adalah kesaksian yang sangat penting. Bukan karena kedudukan dan sikap keras Ibnu ‘Ady dalam pen-tausiq-an ini saja, tetapi hal itu berdasarkan pada proses pengujian riwayat. Bukan sekedar penukilan perkataan para ahli naqd sebelumnya yang menuduh Ibnu Ishaq seputar masalah qadar (yaitu fitnah Qadariyyah), tasyayu’ (kecenderungan pada pemikiran Syi’ah), tadlis,[2] dan tashhif (salah tulis). Hal itu sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Yahya bin Sa’id Al-Umawi :
ابن إسحاق يصحف في الأسماء لأنه إنما أخذها من الديوان
”Ibnu Ishaq sering melakukan tahshhif (kesalahan dalam penulisan) tentang nama-nama karena ia mengambilnya dari kitab-kitab diwan”. [3]

Ibnu Ishaq adalah perawi mudallis yang kedudukannya tidak sampai pada tingkat shahih. Haditsnya diterima dan berkedudukan pada tingkatan hadits hasan jika ia tidak bersendirian dan menegaskan tentang penyimakannya terhadap hadits yang ia terima.

25.Imam Malik

Imam malik bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris Al Asbahi, lahir di Madinah pada tahun 712-796 M. Berasal dari keluarga Arab yang terhormat dan berstatus sosial yang tinggi, baik sebelum datangnya islam maupun sesudahnya, tanah asal leluhurnya adalah Yaman, namun setelah nenek moyangnya menganut islam mereka pindah ke Madinah, kakeknya Abu Amir adalah anggota keluarga pertama yang memeluk agama islam pada tahun ke dua Hijriah.
Kakek dan ayahnya termasuk ulama hadis terpandang di Madinah, oleh sebab itu, sejak kecil Imam Malik tak berniat meninggalkan Madinah untuk mencari ilmu, karena beliau merasa Madinah adalah kota sumber ilmu yang berlimpah dengan ulama ulama besarnya. Imam Malik menekuni pelajaran hadis kepada ayah dan paman pamannya juga pernah berguru pada ulama ulama terkenal seperti Nafi’ bin Abi Nuaim, Ibnu Syihab Al Zuhri, Abu Zinad, Hasyim bin Urwa, Yahya bin Said Al Anshari, Muhammad bin Munkadir, Abdurrahman bin Hurmuz dan Imam Ja’far AsShadiq.    
Kecintaannya kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya diabdikan dalam dunia pendidikan, tidak kurang empat Khalifah, mulai dari Al Mansur, Al Mahdi, Harun Arrasyid dan Al Makmun pernah jadi muridnya, bahkan ulama ulama besar Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i pun pernah menimba ilmu darinya, menurut sebuah riwayat disebutkan bahwa  murid Imam Malik yang terkenal mencapai 1.300 orang. Ciri pengajaran Imam malik adalah disiplin, ketentraman dan rasa hormat murid terhadap gurunya.
Karya Imam malik terbesar adalah bukunya Al Muwatha’ yaitu kitab fiqh yang berdasarkan himpunan hadis hadis pilihan, menurut beberapa riwayat mengatakan bahwa buku Al Muwatha’ tersebut tidak akan ada bila Imam Malik tidak dipaksa oleh Khalifah Al Mansur sebagai sangsi atas penolakannya untuk datang ke Baghdad, dan sangsinya yaitu mengumpulkan hadis hadis dan membukukannya, Awalnya imam Malik enggan untuk melakukannya, namun setelah dipikir pikir tak ada salahnya melakukan hal tersebut Akhirnya lahirlah Al Muwatha’ yang ditulis pada masa khalifah Al Mansur (754-775 M) dan selesai di masa khalifah Al Mahdi (775-785 M), semula kitab ini memuat 10 ribu hadis namun setelah diteliti ulang, Imam malik hanya memasukkan 1.720 hadis. Selain kitab tersebut, beliau juga mengarang buku Al Mudawwanah Al Kubra.


Imam malik tidak hanya meninggalkan warisan buku, tapi juga mewariskan Mazhab fiqhinya di kalangan sunni yang disebut sebagai mazhab Maliki, Mazhab ini sangat mengutamakan aspek kemaslahatan di dalam menetapkan hukum, sumber hukum yang menjadi pedoman dalam mazhab Maliki ini adalah Al Quran, Sunnah Rasulullah, Amalan para sahabat, Tradisi masyarakat Madinah, Qiyas dan Al Maslaha Al Mursal ( kemaslahatan yang tidak didukung atau dilarang oleh dalil tertentu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cendekiawan Islam pada zaman Bani Umayyah

Cendekiawan Islam pada zaman Bani Umayyah, antara lain : Sejak jaman dahulu, kemajuan suatu bangsa selalu ditandai dengan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan budaya. Hal ini sudah terbukti dalam sejarah, tercatat bahwa semasa pemerintahan khalifah-khalifah Daulah Umayyah, pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Umayyah baik semasa Daulah Umayyah di Damaskus (661 -750 M) maupun dimasa Daulah Umayyah di Andalusia atau Spanyol (756 -1031 M). Damaskus  yang sekarang menjadi ibukota negara Suriah menjadi saksi sejarah betapa majunya peradaban dan ilmu pengetahuan saat itu. Di Kota Damaskus saatitu banyak didirikan gedung-gedung yang indah. Lingkungan di sekeliling kota juga dibangun dengan tata kota yang sangat teratur. Di kota itu juga dibuat taman-taman kota yang asri, nyaman, dan sedap dipandang mata. Jalan-jalan di Damaskus ditanami pe...

ALIRAN EKPRESIONISME

ALIRAN EKPRESIONISME Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. Istilah emosi lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia. Definisi Definisi dari Ekspresionisme ialah kebebasan distorsi bentuk dan warna untuk melahirkan emosi ataupun sensasi dari dalam yang biasanya dihubungkan dengan kekerasan atau tragedi. Obyek-obyek yang dilukiskan antara lain kengerian, kekerasan, kemiskinan, kesedihan dan keinginan lain dibalik tingkah laku manusia. Ekspresionisme menjajagi jiwa dan menemukan ` Sturm und Drang’ dan pancarannya keluar merupakan media yang baik untuk melukiskan emosinya kepada orang lain. Salah satu tokoh Ekspresionisme di Indonesia adalah Affandi. Sejarah Seni Lukis Ekspressionisme Penganut paham ekspresionisme memiliki dalil bahwa “Art is an expression of human feeling” atau seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Aliran ini bertalian dengan apa yang dialami ...

Biografi dan Profil Boenjamin Setiawan - Dokter Terkaya Pendiri Kalbe Farma

Biografi dan Profil Boenjamin Setiawan - Dokter Terkaya Pendiri Kalbe Farma Biografiku.com  - Boenjamin Setiawan atau dr. Boen dikenal sebagai seorang dokter sekaligus salah satu pengusaha terkaya di Indonesia. Kekayaannya berasal dari usahanya yang bergerak bidang farmasi/obat-obatan. Beonjamin Setiawan merupakan pemilik sekaligus pendiri PT Kalbe Farma, salah satu perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia. Boenjamin Setiawan dilahirkan  pada tanggal 27 September 1933 di kota Tegal, Jawa Tengah. Ia memulai pendidikannnya di SD di Tegal, tamat dari SD, ia kemudian pindah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya di SMP dan SMA. Lulus SMA, Boenjamin Setiawan kemudian melanjutkan pendidikannya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ia kemudian lulus sebagai dokter pada tahun 1958. Boenjamin Setiawan kemudian melanjutkan pendidikannya keluar negeri. Universitas yang ia tuju kali ini adalah University of California. Disana ia meraih gelar Ph.D dengan disertasi...